Kita seluruh rakyat Indonesia dari berbagai suku bangsa sudah sepakat untuk hidup bersama dan memilih sistem demokrasi dalam pengelolaan kekuasaan negara, bukan sistem Kerajaan atau Kesultanan. Dimana kekuasaan terpusat pada seorang raja.
Dalam menyelamatkan sistem demokrasi ini, saya dan teman-teman pernah dipenjara para era orde baru Tahun 1997 namun kami mahasiswa beserta rakyat mampu menumbangkan rezim orde baru.
Mengapa Rezim Orde Baru berkuasa sampai 32 tahun?, karena Orde Baru mampu meredam seluruh potensi kritis dari rakyat. Melakukan hegemoni pemikiran, Kooptasi organisasi dan korporatisasi politik. Sehingga kekuasaan berpusat pada Soeharto. Bila masih ada juga individu atau kelompok kritis yang melakukan perlawanan, akan ditekan atau di-represi dengan berbagai cara. Pada level politik itu, Soeharto menguasai parlemen Golkar dan Fraksi ABRI, serta Birokrasi. Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia hanya menjadi simbol multi partai. Demokrasi hanya menjadi tameng untuk melegalkan nafsu kekuasaan demi Status Quo. Dengan kekuasaan yang maha besar itu Soeharto bersama kroni-kroninya bebas melakukan apa saja, termasuk Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Seperti De Javu, kami melihat kondisi ini Kembali terjadi pada Rezim Presiden Jokowi. Merasa memiliki kekuasaan politik yang besar Jokowi tidak segan lagi mendorong anaknya Gibran menjadi Cawapres dengan berbagai cara.
……………….
Wahai presiden Jokowi apakah Bapak belum puas berkuasa selama 10 tahun, apalagi yang Bapak cari?
Kita sudah sepakat hidup bersama dalam Negara Republik Indonesia. Wilayah Negara ini adalah wilayah Kerajaan dan kesultanan di Nusantara.
Kami cucu Sultan Buton, Kakek Kami dengan ikhlas menyerahkan kekuasaan dan wilayahnya bergabung dengan Republik Indonesia. Begitupula seluruh Sultan yang ada di Nusantara, di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, Nusa Tenggara dan Papua, dengan Ikhlas menyerahkan kekuasaan dan wilayahnya bergabung dengan Republik Indonesia.
Berbagai kekayaan tambang, hutan dan lahan yang selama ini kalian kuasai adalah tanah wilayah para raja dan sultan. Rakyat di wilayah itu menerima kerusakan alam yang kalian buat. Tidak adil dan sangat Tidak Pantas.
Sesungguhnya mereka lebih berhak atas negara ini, tapi mereka merelakannya demi sebuah Negara dan Rakyat Indonesia.
Seharusnya Bapak malu dengan keluarga para sultan dan raja-raja Nusantara, serta keluarga Indonesia lainnya. Jangan Pak Jokowi.. Jangan permalukan diri sendiri.
Janganlah pak Jokowi.. jangan membangkitkan keresahan itu menjadi kemarahan rakyat. Sadarlah. Perilku Bapak sangat menyakitkan hati kami.