Jakarta –
Tim Kemanusiaan Palang Merah Indonesia (PMI) mulai mendistribusikan bantuan kemanusiaan dari warga Indonesia kepada warga Gaza Palestina. Sebanyak 32,5 ton bantuan telah didistribusikan kepada pengungsi Palestina di wilayah Gaza ataupun di wilayah El Arish Mesir (perbatasan Rafah dan Mesir).
Bantuan tersebut mulai didistribusikan pada 8 Februari. Sekjen PMI Abdurrahman Mohammad Fachir menyebutkan rincian bantuan sebanyak 32,5 ton itu mencakup 2,5 ton selimut sebanyak 1.000 pcs serta 30 ton bantuan bahan pangan meliputi beras, gandum, gula, garam, dan minyak goreng kepada pengungsi yang berada di kedua wilayah tersebut.
Selain bantuan selimut, PMI akan mendistribusikan pakaian bagi bayi dan anak-anak serta obat-obatan untuk klinik-klinik kesehatan di wilayah El Arish yang menampung pengungsi Gaza di wilayah perbatasan.
Fachir mengatakan PMI bekerja sama dengan Egyptian Red Crescent, KBRI Mesir, serta Lembaga Bantuan yang berbasis di Gaza Palestina dalam pengelolaan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Gaza, baik yang berada di wilayah Palestina maupun di wilayah Mesir. Fachir menjamin PMI akan terus mendorong bantuan lain dan memastikan agar bantuan tersebut sampai pada para pengungsi, baik yang ada di wilayah Gaza maupun wilayah Mesir.
“Untuk pengelolaan bantuan untuk pengungsi, baik yang berada di Gaza maupun di wilayah Mesir ini, PMI bekerja sama dengan Egyptian Red Crescent, KBRI Mesir, serta Lembaga Bantuan yang berbasis di Gaza Palestina. Kami akan terus mendorong bantuan lainnya dan memastikan agar bantuan tersebut sampai pada para pengungsi baik yang ada di wilayah Gaza maupun wilayah Mesir,” kata Fachir.
Data Sitrep UNRWA mencatat bahwa pertempuran sengit di sekitar Khan Younis (barat daya Gaza) selama sepuluh hari terakhir sungguh menimbulkan masalah hilangnya nyawa dan kerusakan infrastruktur sipil, termasuk tempat penampungan terbesar UNRWA di wilayah selatan, Pusat Pelatihan Khan Younis (KYTC). Pertarungan lanjutan di Khan Younis adalah memaksa warga Palestina bergerak lebih jauh ke selatan menuju Rafah, yang sangat padat penduduknya.
Fungsi dan akses pelayanan kesehatan sangat terganggu oleh terbatasnya akses listrik dan air. Hal ini menimbulkan bencana kesehatan yang luar biasa. Suhu dingin di wilayah Gaza dan sekitarnya serta tingginya peningkatan angka kematian dan cedera akibat pengeboman dan kekerasan sangat menyentuh nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pengungsian masal tanpa akses shelter yang memadai, gangguan besar dan disfungsi sistem kesehatan, serta kerusakan infrastruktur air dan sanitasi makin memperparah kondisi kehidupan warga.
(yld/gbr)