Jakarta –
Sebuah petak kamar di bilangan Salemba, Jakarta Pusat, seolah tak pernah sunyi dari alunan musik. hentakan drum, denting piano, hingga irama musik elektronik selalu ramai bersahutan di ruangan mungil itu.
Wajar saja, sang penghuni kamar memang musisi sungguhan. Sepanjang hari hingga larut malam, si penguasa ruangan terus mengutak-atik perangkat lunak produksi audio. Ia juga tekun mengulik symphony dari alat-alat musik yang dimilikinya.
Ialah Vandra, sang pemukim kamar. Berangkat dari Sidoarjo, Jawa Timur, Vandra kini menguji nasib di Jakarta sebagai ghost producer.
“Aku bisa disebut ghost producer gitu. Jadi ghost producer itu sebutan produser ‘hantu’ di luar negeri. Itu sebenarnya yang kasih nama teman-teman sih, bukan aku yang label diriku sendiri,” aku Vandra kepada tim Sosok detikcom Senin, 12 Februari 2024.
Vandra menjelaskan, ghost producer adalah mereka yang menciptakan musik untuk digunakan oleh orang lain. Umumnya, nama dari sang ghost producer tidak akan tercantum dalam daftar nama pembuat musik.
“Pasti, di sini orang-orang bakal berpikirnya negatif. ‘Oh berarti orang itu (pemesan lagu) tidak bisa bikin lagu dong?’ gitu. Nggak, nggak. Jadi, orang itu bisa bikin lagu, pasti. Pasti. Mereka master, gitu. Tapi mereka butuh kepala orang lain untuk memberikan warna yang berbeda. Untuk memberikan taste yang berbeda,” terang Vandra.
Terhitung sejak 2018, Vandra mulai melakoni profesi sebagai ghost producer. Kala itu, ia masih berstatus mahasiswa Seni Musik di Institut Kesenian Jakarta. Selain bekerja secara lepas sebagai ghost producer, ia juga sempat bekerja di sebuah rumah produksi sebagai produser musik. Selain itu, demi menunjang kebutuhan hidup di ibu kota, Vandra juga kerap mengisi berbagai acara sebagai DJ (disc jockey).
Hingga saat ini, Vandra telah memproduksi ratusan lagu untuk berbagai macam fungsi. Musik ciptaannya turut mengiringi iklan-iklan komersial, film layar lebar, hingga menjadi lagu tema untuk perhelatan berskala nasional dan internasional. Tak hanya itu, Vandra juga kerap menggarap lagu untuk artis-artis pendatang baru.
Pengalaman yang terasah bertahun-tahun, membuat Vandra tak butuh waktu lama untuk menyelesaikan satu buah lagu. Dalam enam jam saja, satu lagu bisa rampung di tangannya. Namun, proses produksi bisa memanjang jika klien meminta revisi. Vandra mengingat, ia pernah memproduksi lagu hingga satu tahun lamanya karena revisi bertubi-tubi.
“Musik itu beda dengan visual (yang) bisa dilihat. Musik cuma bisa didengar dan dirasakan tok. Jadi pas didengar, pagi aman, malam nggak aman. Padahal yo podo ae (sama saja, red),” kenang Vandra.
Sebagai musisi, Vandra adalah penggemar berat genre RnB dan Hip Hop. Oleh karena itulah, ia rajin memproduksi karya orisinall dengan genre asal Amerika Serikat itu. Membawa namanya sendiri, ia telah melahirkan satu album dan satu mini album yang dirilis secara digital.
Meski demikian, Vandra tidak menutup diri dari permintaan produksi musik dengan genre di luar zona nyamannya. Ia pernah menyanggupi permintaan untuk genre etnik, religi, hingga lagu anak-anak. Meski cukup menantang, Vandra menjalaninya dengan riang-riang saja. Sebab, bagi Vandra, semua jenis musik punya akar yang sama: nada, harmoni, dan ritmik.
“Sebenarnya, musik kan kalau ditarik secara garis besar itu kan ya, sama. Nada, harmoni, dan ritmik kan. Tinggal kita mau belajar atau menurunkan ego untuk kita mempelajari. Oh ini genre musiknya, taste-nya seperti apa. Nyawanya seperti apa. Cuma karena aku senang melakukannya, karena aku suka musik, jadinya ya fun-fun aja gitu,” ujar Vandra.
Karya Vandra memang tak main-main harganya. Satu karyanya saja bisa bernilai belasan hingga puluhan juta rupiah. Namun, bagi Vandra, itu semua sebanding dengan taksiran alat produksi musik yang ia miliki, serta kualitas karya yang ia tawarkan.
“Vandra itu orang yang bisa menyesuaikan di komersial dan idealis. Jadi, Vandra bisa produksi untuk sesuatu yang mainstream, tapi sesuatu yang keren juga bisa. Jadi tergantung apa kebutuhan dan bisa versatile aja. Bismillah. Namanya juga doa kan,” kelakar Vandra.
Mampu hidup dari bidang yang dicintainya, Vandra mengaku amat bersyukur. Meski demikian, terdapat pengorbanan yang mesti dilalui laki-laki berusia 26 tahun ini. Salah satunya, kerelaan melihat karya-karyanya menguap, meninggalkannya begitu saja. Ia juga mesti ikhlas untuk ‘tutup mulut’ kala karyanya mendapat atensi lebih dari pendengar.
“Ghost producer biasanya akan dihargai sangat mahal karena kita tidak dicantumkan credit. Mereka (pendengar) pasti lebih fokus ke artisnya, karena kan kita (ghost producer) kan di-hire ya. Menurunkan ego pasti. Apalagi credit tidak ada namaku kan, karena kan kita dibeli putus kan. Ya tapi balik lagi, kebutuhan untuk bertahan hidup. Itu mantap, sih,” ungkap Vandra.
Enam tahun menjalani profesi ini, sebagai ghost producer, Vandra berharap suatu hari bisa dikenal dengan namanya sendiri. Sembari tetap mengerjakan pemesanan lagu secara anonim, Vandra terus berstrategi untuk memasarkan musik orisinalnya dengan langkah-langkah taktis.
“Selama ini aku bekerja untuk orang lain. Kayak, untuk bikinin komposisi untuk orang, bikinin sound design untuk orang, pokoknya audio production buat orang. Nah aku ingin tahun ini aku start untuk berjuang atas nama aku sendiri,” ungkap Vandra.
Rencana tersebut bukan omong kosong belaka. Awal tahun 2024, Vandra telah merilis video klip bertajuk ‘Own Business‘ bersama rapper Rendra. Lebih lanjut, Vandra berencana merilis video klip lainnya di tahun ini.
(nel/vys)