JAKARTA – Beberapa pembeli Vision Pro dilaporkan telah mengembalikan headset realitas campuran (AR/VR) andalan Apple itu, dalam masa kebijakan pengembalian 14 hari perusahaan tersebut. Alasan pengguna mengembalikan headset seharga USD3.500 (sekira Rp55 juta) itu berkisar dari masalah kenyamanan hingga keraguan akan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut laporan beberapa sumber, banyak pengguna yang mengeluhkan headset Apple Vision Pro yang tidak nyaman dipakai hingga menyebabkan sakit kepala, bahkan sebagian mengalami mabuk perjalanan. Desain Apple Vision Pro, yang menempatkan sebagian besar bobotnya di bagian depan, juga telah disebutkan sebagai salah satu alasan.
Masalah-masalah seperti ini bukanlah hal yang baru dalam dunia teknologi wearable, namun masalah ini terutama terlihat mengingat mahalnya harga Vision Pro.
Bukan hanya tentang kenyamanan pemakaiannya, orang-orang juga mempertimbangkan apakah Vision Pro benar-benar berguna. Beberapa pengguna menemukan bahwa ini tidak banyak membantu dalam tugas pekerjaan dan tidak menawarkan cukup kesenangan atau permainan yang layak untuk disimpan.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Hal ini menimbulkan banyak keraguan, terutama jika Anda mempertimbangkan label harga Vision Pro yang mahal.
Namun, AppleInsider mengutip sumber perusahaan, membantah laporan pengembalian massal Vision Pro ini. Setelah melacak volume pengembalian Vision Pro di 24 toko di Amerika Serikat (AS) dengan sumber ritel Apple minggu lalu, AppleInsider menyimpulkan bahwa tidak banyak pengembalian.
Bagaimanapun, pada 16 Februari, ketika periode dua minggu sejak dimulainya penjualan Apple Vision Pro berakhir, tingkat pengembalian headset tidak lebih tinggi dibandingkan produk Apple lainnya.
“Kami telah mendapatkan beberapa (pengembalian) selama beberapa hari, tetapi itu tidak berada di luar kisaran normal untuk item baru di seluruh wilayah,” kata seorang karyawan senior Apple Retail yang tidak mau disebutkan namanya. Sumber ritel Apple lainnya mengonfirmasi bahwa tidak ada lonjakan pengembalian headset tersebut.
Tercatat, ada dua kelompok utama pembeli yang mengembalikan barang. Kelompok pertama adalah mereka yang langsung mengalami ketidakcocokan biologis dengan headset, misalnya gejala mabuk perjalanan.
Kelompok kedua adalah YouTuber yang memanfaatkan pembelian sebagai rental gratis. Namun mereka melakukan hal yang sama dengan produk Apple lainnya, dengan menggunakan kebijakan pengembaliannya.
Pengalaman dari kelompok pertama bisa menjadi pelajaran bagi pembuat teknologi wearable bahwa membuat perangkat yang nyaman dan benar-benar berguna adalah kuncinya. Dan meskipun Vision Pro mungkin belum langsung cocok untuk semua orang, masukan dari para pengguna awal ini dapat membantu membentuk versi yang lebih baik di masa depan.