Jakarta –
Kepala Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Kunir di Subang, Jawa Barat (Jabar), Badrud Tamam, mengusulkan mantan Kapolres Subang Kombes Sumarni sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2024. Dia mengatakan polwan yang kini menjabat sebagai Kapolresta Cirebon itu merupakan sosok yang tegas, sederhana dan suka berderma.
Badrud mengusulkan Kombes Sumarni lewat formulir online Hoegeng Awards 2024 di tautan ini. Berikut isi usulan Badrud, seperti dilihat detikcom pada Senin (19/2/2024):
Sering terjun langsung ke masyarakat, tegas, banyak mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
detikcom kemudian menghubungi Badrud untuk mendapat gambaran tentang sosok Kombes Sumarni. Badrud mengatakan dia mengenal Kombes Sumarni sebagai sosok yang tegas.
“Beliau secara integritas ini tegas, seperti pada masa COVID itu kan ada konser di tempat rekreasi, nggak lama dari acara itu langsung dicopot Kapolsek Pagaden,” kata Badrud.
Badrud sempat menyinggung soal penilangan kendaraan bermotor di wilayah Subang pada saat Kombes Sumarni memimpin. Badrud tak menjelaskan secara gamblang maksudnya, namun dia menyebut Kombes Sumarni jujur dan berbeda dari kapolres-kapolres terdahulu.
“Saya dengar di masyarakat juga banyak cerita positif tentang beliau ini. Kejujuran dalam kinerjanya ini, di dalam penilangan itu di masa Bu Sumarni tidak seperti sebelum-sebelumnya. Di masyarakat juga,” ungkap Badrud.
Selain berintegritas, Badrud menilai Kombes Sumarni sebagai sosok yang sederhana. Badrud melihat keserderhanaan mantan orang nomor satu di Polres Subang itu dari cara berpakaian dan kendaraan yang digunakan saban hari kerja.
“Selama ini yang saya rasa dan dengar, beliau begitu sederhana dan dekat dengan warga. Saat beliau tidak berpakaian dinas, baju yang dia pakai sederhana. Biasanya kan ibu-ibu pakaiannya heboh, pakai perhiasan. Apalagi kalau ibu tersebut pejabat pasti dandanannya berbeda,” ungkap pria 41 tahun ini.
“Tapi kalau Bu Sumarni, dandannya sederhana, pengawalan itu satu polwan, nggak pakai pengawalan yang banyak gitu. Beliau ke mana-mana naik mobil patroli yang besar itu,” tambah dia.
Terakhir, Badrud menilai Kombes Sumarni sosok yang agamis. Badrud menyebut Kombes Sumarni adalah Kapolres Subang pertama yang membuka rumah dinasnya untuk kegiatan pengajian rutin, yakni tiap malam Jumat.
“Banyak kegiatan-kegiatannya yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Contoh di tiap malam Jumat ada kegiatan pengajian di rumah dinasnya. Belum ada Kapolres yang rutin mengundang warga pengajian tiap Jumat di rumah dinas, yang mengundang ustaz-ustaz dari pesantren, baru Ibu Sumarni,” cerita Badrud.
“Khususnya ke Ponpes Darussalam Kunir, beliau beberapa kali berkunjung. Bahkan beliau merenovasi bangunan pertama di ponpes, asrama pertama di ponpes ini ketika masa COVID. Memang kondisi asrama yang pertama kali dibangun di ponpes ini sudah tak layak huni. Kemudian beliau menyampaikan, ‘Silakan direnovasi, ini dari pribadi saya, bukan dana polres. Ini tabungan akhir saya yang saya siapkan atau hadiahkan untuk kedua orang tua saya’,” sambung Badrud menirukan ucapan Kombes Sumarni.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Forum Komunikasi Guru Ngaji Kabupaten Subang Imas Aisyahmenilai kehadiran Sumarnimengangkat marwah kepolisian selama dua tahun di Subang. Imas menuturkan dirinya yang juga pemimpin rombongan umrah pernah menawarkan oleh-oleh pada Sumarni namun ditolak.
“Saya kan sering berangkat umrah, saya di travel tour leader, pembimbing satu rombongan umrah ke Tanah Suci Mekkah. Kalau saya tanya, ‘Komandan mau apa?’, (Sumarni jawab-red), ‘Nggak Bun, aku kepingin dirimu pulang kembali bareng aku, nganter aku untuk manfaat umat’,” cerita Imas, Selasa (20/2).
Imas juga punya cerita tentang makan bersama Sumarni, yang ternyata di luar ekspektasinya. Kala itu Imas bersama Sumarni selesai menghadiri acara Jumat Ngopi (Ngobrol Pendidikan) bersama majelis taklim.
“Terus saya pernah hadiri Jumat ‘Ngopi’ di majelis-majelis taklim. Ketika pulang, saya diajak makan sama Bu Sumarni, kata beliau tempatnya enak, tidak mungkin saya ke sana. Katanya, ‘Pokoknya harus Bunda rasakan, tempatnya bagus, biasa saya mangkal dengan anggota kalau saya pulang kegiatan’,” kata Imas menirukan kata-kata Sumarni.
Imas saat itu teringat akan Rumah Makan Purnama. Imas menyebut Rumah Makan Purnama paling bagus dan mahal di Subang.
“Wah saya bangga nih, saya pasti dibawa makan ke Rumah Makan Purnama, rumah makan mahal itu. Pasti saya yakin makannya di situ. Eh ternyata apa, makannya di kaki lima. Saya bilang, ‘Ndan, makannya di mana?’. Kata Bu Sumarni, ‘Di sini, ayo cepet ambil (makanannya), duduk sini’. Saya heran sampai saya tanya lagi beneran makan di sini, katanya iya itu tempat makan favoritnya,” tutur Imas.
Dia mengaku kagum dengan kesederhanaan Sumarni. “Dari situ saya bersyukur sama Allah, sosok Bu Sumarni luar biasa. Kata orang polisi the begini, begitu, ternyata marwah polisi itu diangkat selama dua tahun sama yang namanya Sumarni,” lanjut Imas.
Dia pun mengaku pernah sekali mengetes Sumarni dengan minta tolong pindahkan anggota polisi dari perbatasan Subang. Imas bertanya soal ‘biaya’ memutasi anggota.
“Punten ya, saya pernah ngetes beliau minta tolong. Ada bhabinkamtibmas di perbatasan Subang Selatan yang diujung timur, Tanjung Siang, saya bilang kasihan dia jauh sudah 7 tahun di sana. Ditanya Bu Sumarni, ‘Emang siapa itu teh?’. Saya bilang istrinya bhabinkamtibmas itu pengurus muslimat NU, itu katanya mau mengabdi untuk kampungnya,” ucap Imas.
“Saya tanya, ‘Emang harus gimana kalau mindahin orang begitu? Harus kasih apa? Harus dibayar Ndan? Berapa Ndan?’, karena kan saya dengar kalau mindahin orang perlu uang. (Sumarni jawab-red), ‘Apa berapa? Nggak ada berapa-berapa, kan nolong. Silakan kebijakan-kebijakan saya manfaatkan untuk kebaikan’,” tambah Imas yang mengingat kembali salah satu percakapannya dengan Sumarni.
Imas mengatakan Sumarni menjadi sosok Kapolres yang disenangi banyak warga. Hal itu terpotret saat salah satu ulama, Kiai Abdul Iman dari Kecamatan Pusakajaya Subang mendatangi rumah dinas Sumarni, padahal pekan itu bukan giliran Kiai Abdul Iman memberi ceramah.
“Ada cerita, sudah meninggal, Kiai Abdul Iman dari Kecamatan Pusakajaya. Dia sampai basah kuyup hujan-hujanan datang ke rumah dinas, padahal bukan jadwalnya ceramah pengajian. Karena Kiai Abdul Iman sudah Jumat kemarin gilirannya, saya bilang, ‘Pak Kiai kan jadwalnya sudah malam Jumat kemarin, kok Pak Kiai ada lagi malam Jumat ini?’. Pak Kiai bilang, ‘Saya basah kuyup jauh-jauh kurang lebih 14 km dari rumah naik motor, saya datang ke sini karena saya saking hormat kepada sosok Kapolres pimpinan yang merakyat, yang sayang sama kami para kiai,” jelas Imas.
Pada kesempatan terpisah, Kombes Sumarni mengatakan bantuan atau kegiatan sosial digelar dengan berbagai sumber dana. Dia mengatakan dana tersebut diberikan oleh banyak pihak.
Sumarni melakukan skrining terhadap pihak-pihak yang hendak terlibat dalam kegiatan sosial yang diprakarsai polres yang ia pimpin. Hal itu dilakukan Sumarni untuk memastikan tak ada uang dari pihak yang berkepentingan dengan polisi atau pihak berperkara.
“Saya pokoknya ada masyarakat yang mau membantu itu, ya saya cek juga orangnya, ada perkara nggak di saya. Kalau ada ya pasti saya nggak mau. Dan perlu dicatat juga, bantuan itu diberikan langsung ke penerima, bukan lewat kami,” kata Sumarni.
“Misalnya di Subang, kami pembangunan 28 rutilahu (rumah tinggal layak huni), nah ada beberapa yang memang sumbangan dari masyarakat, dan kami cek mereka tidak punya perkara di kepolisian. Kami perannya hanya menjembatani, memfasilitasi, memobilisasi, dan itupun kami skrining apakah ada kepentingannya dengan polisi atau tidak,” tambah Sumarni.
Dia pun menyebut kegiatan sosial yang diinisiasi pihaknya juga bekerja sama dengan Baznas dan didukung dana corporate social responsibility (CSR). “Tidak hanya pihak swasta, kami juga pernah kerja sama dengan Baznas, kalau perusahaan swasta itu CSR-nya,” sebut mantan Kapolres Sukabumi ini.
Foto: Kapolresta Cirebon Kombes Sumarni saat masih Kapolres Subang. (istimewa)
|
Sumarni menuturkan dia memang ingin masyarakat bisa merasakan kedekatan dengan polisi. Menurutnya keamanan dan ketertiban masyarakat tak bisa diupayakan polisi saja.
“Harus ada kebersamaan, peran polisi, peran masyarakat, peran tokoh masyarakat, tokoh agama. Saya ingin polisi lebih dekat sama masyaraKat. Kan orang pikir rumah dinas itu rumah yang dianggap tabu kalau dimasukin orang lain. Kalau bagi saya, itu rumah negara kok, bukan kita yang bangun kan, itu kan pemerintah yang bangun. Jadi nggak ada alasan rumah itu tidak boleh dimasuki masyarakat,” tutur Sumarni.
Dia menceritakan rumah dinasnya saat bertugas di Subang dekat dengan pasar. Dia kerap mengajak pengemudi becak ngopi pagi di rumah dinasnya.
Sumarni menjadikan rumah dinasnya sebagai tempat berkegiatan masyarakat. Menurutnya membuka rumah dinas tak hanya mendekatkan diri dengan masyarakat, tapi juga membuat biaya acara semakin irit karena tak perlu sewa lokasi.
“Saya sering ngopi bareng kan becak. Rumah dinas kan dekat Pasar Panjang, Kami panggil para tukang becak untuk sarapan bersama pakai serabi, bubur. Jadi terbuka rumah saya, mau pengajian, suntik vaksin, pelatihan barista. Kenapa di rumah dinas? Kan kalau mau adain acara di rumah dinas nggak usah sewa tempat lagi. Jadi irit biaya kan, tapi tetap kegiatan sama masyarakat tetap berjalan,” jelas Sumarni.
Soal penindakan pelanggar lalu lintas, Sumarni menyebut baik di Subang maupun di Cirebon saat ini, dia mengutamakan sanksi teguran dan perintah ambil kelengkapan berkendara yang tak dibawa. Dia menyebut jika pun ada penilangan, yang berujung denda, maka itu penilangan lewat E-TLE.
“Kalau soal tilang, kami tilangnya gini, kami setop motornya, ‘Nggak boleh lanjut jalan kalau nggak pakai helm. Ambil helm dulu.’ Itu kan edukasi. Meski tetap menyakitkan buat masyarakat semisal dia mau ke pasar, buru-buru, tapi saya suruh ambil helm dulu,” kata Sumarni.
“Saya perintahkan penindakan di lapangannya dengan peneguran. Waktu itu saya sampai pernah menyetop ibu yang ngeyel, saya kan suka patroli, saya setopin. Dia ngeyel nggak mau pulang ambil helm, kami sampai berdebat, saya dimarah-marahin, akhirnya saya tegaskan tidak boleh lanjut jalan tanpa helm karena membahayakan dirinya sendiri,” tambah Sumarni.
Dia pun mengaku terus menekankan kepada jajaran Satuan Lalu Lintas untuk sabar menghadapi pelanggar lalu lintas (lalin) yang terkadang ngeyel bahkan berani melawan petugas. Sumarni mengatakan petugas memang harus selalu mengingatkan masyarakat, tak bisa hanya satu atau dua kali diingatkan.
Saya tekankan ke jajaran supaya sabar menghadapi pelanggar seperti itu. Alhamdulillah kalau dari angka kecelakaan menurun, tapi kalau angka pelanggaran memang sepertinya begitu-begitu saja, karena masih ada masyarakat yang ngeyel kalau dikasih tau, tapi kan kami harus terus berupaya. Menngingatkan sekali kan nggak cukup. Kalau tilang yang denda ada, walau sedikit tapi kan kami pakai mekanisme E-TLE, mereka bayar sendiri ke bank,” pungkas dia.
Di sisi lain, berdasarkan penelusuran detikcom di situs Laporan Harta Kekayaaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Sumarni melaporkan harta kekayaannya terakhir pada periode 2022, saat menjabat Kapolres Subang. Tercatat kekayaan Sumarni senilai Rp 2.033.654.109.
Di dokumen LHKPN tertera keterangan Sumarni memiliki tanah dan bangunan seluas 72 meter persegi/34 meter persegi di Bandung. Kemudian dia mempunyai tanah dan bangunan seluas 1.000 meter persegi/300 meter persegi di Cianjur.
Dia memiliki 4 kendaraan yakni mobil Toyota Fortuner keluaran 2017, Toyota Agya keluaran 2022, motor Piagio S150 dan Yamaha. Sumarni melaporkan dirinya memiliki harta bergerak lainnya sebesar Rp 150 juta, kas dan setara kas senilai Rp 84.779.125. Namun dia juga memiliki utang Rp 273.125.016.
(aud/hri)