Jakarta –
Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia mengungkapkan fasilitas kesehatan (faskes) di Gaza, Palestina, lumpuh dan kesulitan menampung warga yang sakit atau terluka. Kini, hanya sekitar 10 persen rumah sakit di Gaza yang beroperasi.
“Informasi yang kita dengar sekitar 10 persen (rumah sakit) yang masih operasional, itu pun ada di beberapa tempat. Misalnya di (Gaza) Selatan hanya ada 2 atau 3,” ujar Kepala Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad saat konferensi pers di Kantor MER-C Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (21/2/2024).
Sarbini menambahkan, meskipun masih ada beberapa rumah sakit yang tersisa, kondisinya terbilang sangat memprihatinkan. Terlebih, rumah sakit Indonesia di Gaza Utara sudah lumpuh total dan tidak berfungsi lagi serta adanya serangan dari tentara IDF di salah satu rumah sakit di Gaza Selatan.
“Tiga hari yang lalu, RS Al Nasr namanya diduduki Israel. Rumah sakit andalan di Gaza Selatan ini mendapatkan stigma sama persis seperti yang dilakukan Israel ke rumah sakit Indonesia,” tambah Sarbini.
“Mereka menuduh RS Al Nasr ditemukan senjata, mereka menangkap medis dan paramedis, mereka menuduh itu adalah orang-orang Hamas,” sambungnya.
Oleh karena itu, MER-C berharap adanya tindakan konkret dari pemerintah Indonesia. Salah satunya mampu mendirikan rumah sakit lapangan bekerja sama dengan TNI dan Departemen Kesehatan, sama seperti yang dilakukan di Iran pada 2004.
“Kita minta pemerintah Indonesia bisa bekerja sama dengan (pemerintah) Mesir untuk mendirikan rumah sakit lapangan Indonesia di Rafah,” tambah Sarbini.
Menurut Sarbini, rumah sakit lapangan merupakan salah satu hal yang bersifat mendesak. Rafah disarankan oleh MER-C karena akses warga Gaza yang terluka ke sana terbilang dekat.
“Kami minta ini segera dilakukan. Jangan sampai pemilu ini bisa melupakan kita dengan penderitaan-penderitaan panjang yang saat ini terjadi di Gaza,” tutupnya.
Simak Video ‘Lagi! AS Veto Resolusi DK PBB soal Gencatan Senjata di Gaza’:
(maa/maa)