Jakarta –
Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Language Day. Peringatan penting untuk mengetahui bahwa ada banyak bahasa di dunia dan kita harus berusaha untuk melestarikan warisan dan keberadaannya.
Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional bermula dari gerakan di Bangladesh, kemudian dicanangkan oleh UNESCO pada tahun 1999 dan dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 21 Februari sejak tahun 2000. Berikut serba-serbi sejarah dan tema perayaannya tahun ini:
Tema Hari Bahasa Ibu Internasional 2024
Seperti dilansir situs resmi UNESCO, Tema Hari Bahasa Ibu Internasional 2024 adalah “Multilingual education is a pillar of intergenerational learning”. Tema yang diusung tahun ini menyampaikan pesan bahwa pendidikan multibahasa adalah pilar pembelajaran antargenerasi.
Tema ini sangat penting untuk pendidikan inklusif dan pelestarian bahasa asli. Dengan memulai pendidikan dalam bahasa ibu siswa dan secara bertahap memperkenalkan bahasa lain, hambatan antara rumah dan sekolah akan terjembatani, sehingga memfasilitasi pembelajaran yang efektif.
Perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional 2024 oleh UNESCO akan menyoroti pentingnya penerapan kebijakan dan praktik pendidikan multibahasa sebagai pilar pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 yang menyerukan pendidikan inklusif, berkualitas, dan pembelajaran seumur hidup untuk semua, serta tujuan dari Dekade Internasional tentang Bahasa Asli (2022-2032).
Menurut laporan UNESCO, saat ini, sebanyak 250 juta anak dan remaja masih tidak bersekolah dan 763 juta orang dewasa tidak menguasai keterampilan literasi dasar. Pendidikan bahasa ibu mendukung pembelajaran, literasi, dan penguasaan bahasa-bahasa tambahan.
Bahkan, saat ini, 40% dari populasi dunia tidak memiliki akses ke pendidikan dalam bahasa yang mereka gunakan atau pahami. Di beberapa negara, angka ini meningkat hingga lebih dari 90%. Namun, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa peserta didik di sekolah memberikan dasar yang kuat untuk belajar, meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan berpikir kritis, serta membuka pintu untuk pembelajaran antar generasi, revitalisasi bahasa, dan pelestarian budaya dan warisan tak benda.
Merujuk pada situs UNESCO, sejarah latar belakang munculnya gagasan untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional adalah inisiatif dari Bangladesh. Kemudian pada tahun 1999, Hari Bahasa Ibu Internasional disetujui dalam Konferensi Umum UNESCO dan telah diperingati di seluruh dunia sejak tahun 2000.
UNESCO percaya akan pentingnya keanekaragaman budaya dan bahasa untuk masyarakat di seluruh dunia yang berkelanjutan. Dalam mandatnya untuk perdamaian, UNESCO bekerja untuk melestarikan perbedaan budaya dan bahasa yang menumbuhkan toleransi dan rasa hormat terhadap orang lain.
Menurut UNESCO, masyarakat multibahasa dan multikultural ada melalui bahasa mereka yang menyebarkan dan melestarikan pengetahuan dan budaya tradisional dengan cara yang berkelanjutan. “Keanekaragaman bahasa semakin terancam karena semakin banyak bahasa yang hilang”.
Hari Bahasa Ibu Internasional, yang pertama kali dicanangkan oleh UNESCO dan kemudian diadopsi oleh Majelis Umum PBB, menggarisbawahi peran bahasa dalam mendorong inklusi dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Pendidikan multibahasa tidak hanya mendorong masyarakat inklusif tetapi juga membantu melestarikan bahasa-bahasa yang tidak dominan, minoritas, dan asli. Hal ini merupakan landasan untuk mencapai akses yang adil terhadap pendidikan dan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua individu.
(wia/imk)