Jakarta –
Ada berbagai macam tradisi dalam rangka merayakan Cap Go Meh di Indonesia. Tak hanya beragam, berbagai tradisi perayaan Cap Go Meh dari berbagai daerah di Indonesia ini juga memiliki keunikan dan maknanya masing-masing.
Cap Go Meh merupakan puncak dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek yang dirayakan pada hari ke lima belas. Dalam rangka menyambut dan merayakannya, berbagai daerah di Indonesia memeriahkannya dengan berbagai macam cara.
Lantas, apa saja macam tradisi perayaan Cap Go Meh yang ada di Indonesia? Simak informasi yang dihimpun detikcom dari berbagai sumber berikut ini tentang macam-macam tradisi perayaan Cap Go Meh dari berbagai daerah di Indonesia:
Pawai Tatung merupakan salah satu tradisi perayaan Cap Go Meh yang berasal dan biasa diselenggarakan di Singkawang, Kalimantan Barat. Tradisi ini cukup terkenal dan masih dilakukan hingga saat ini. Dikutip dari situs resmi Kemenparekraf, Pawai Tatung adalah pertunjukan ratusan Tatung yang memperlihatkan kesaktiannya karena dirasuki roh leluhur.
Selama pertunjukan, bagian tubuh Tatung akan ditusuk benda tajam menggunakan pedang atau pisau, layaknya pertunjukan debus. Namun, para Tatung tersebut tidak merasa kesakitan atau terluka. Menurut kepercayaan, Pawai Tatung dipercaya sebagai bentuk menangkal musibah sepanjang tahun, sekaligus mengusir roh-roh jahat dan membersihkan kota dari kejahatan dan malapetaka.
Tatung di Singkawang (Foto: ANTARA FOTO/JESSICA HELENA WUYSANG)
|
Kirab Budaya Ruwat Bumi di Salatiga
Kirab budaya merupakan salah satu perayaan dalam rangka memperingati Cap Go Meh di Salatiga, Jawa Tengah. Mengutip dari situs resmi Disparekraf, perayaan kirab budaya atau juga disebut kirab budaya ruwat bumi ini dimeriahkan dengan arak-arakan berisi patung dewa, lengkap dengan pertunjukan budaya lokal.
Sejatinya, perayaan kirab budaya dalam rangka menyambut dan memperingati Cap Go Meh juga dilakukan di beberapa daerah lainnya. Biasanya, setelah pelaksanaan kirab, akan dilanjut dengan berbagi makanan atau makan bersama masyarakat seperti dengan menyantap makanan khas yaitu Lontong Cap Go Meh.
Arak-arakan Sipasan dan Kio di Padang
Perayaan Cap Go Meh di Padang biasa dimeriahkan dengan festival berupa arak-arakan, yang biasa dikenal dengan Arak-arakan Sipasan dan Kio. Menurut situs resmi Pemerintah Padang, Sipadan merupakan kendaraan menyerupai lipan, sementara Kio merupakan semacam patung dewa atau leluhur.
Perayaan tersebut biasa diikuti oleh sejumlah masyarakat keturunan Tionghoa di Padang, Sumatera Barat, dengan mengarak Sipasan dan Kio leluhur sambil memainkan tarian naga. Festival arak-arakan tersebut biasanya berlangsung dengan berjalan sejauh sekian kilometer melewati pusat kota.
Jappa Jokka merupakan perayaan Festival Cap Go Meh yang biasa dirayakan di Makassar, Sulawesi Selatan. Menurut situs resmi PPID Makassar, Jappa Jokka sendiri merupakan suatu bentuk karnival budaya dalam rangka merayakan puncak peringatan Tahun Baru Imlek.
Secara harfiah, “Jappa Jokka” artinya “Jalan-jalan”. Adapun penamaan tersebut diambil dari bahasa Makassar (Jappa) dan bahasa Bugis (Jokka). Sebelumnya, tradisi ini dikenal dengan nama Pasar Malam Cap Go Meh. Tradisi Jappa Jokka digelar pertama kali di masa pemerintahan Gus Dur.
Ziarah ke Pulau Kemaro di Palembang
Kegiatan ziarah kerap kali dilakukan masyarakat di Indonesia dalam rangka menyambut atau memperingati suatu hari besar. Seperti halnya kegiatan ziarah saat perayaan Cap Go Meh di Palembang, Sumatera Selatan, yang fokus di Klenteng Hok Tjing Rio, Pulau Kemaro.
Menurut catatan redaksi detikcom, masyarakat keturunan Tionghoa dan khususnya pemeluk agama Konghucu akan datang ke Pulau Kemaro dan melakukan ritual doa di Klenteng Hok Tjing Rio. Selain itu, biasa juga dimeriahkan tradisi lainnya seperti barongsai dan wayang orang.
Pulau Kemaro (Foto: Afif Farhan)
|
(wia/imk)