SIAK – Berinteraksi di dunia digital dan menjadi warga digital merupakan sebuah pengalaman unik yang memiliki banyak kesamaan dengan di dunia nyata. Sama seperti menjadi warga negara biasa, di dunia digital kita dapat mengupayakan suatu hal, berkumpul, dan saling mengemukakan pendapat, hanya saja kegiatan itu kini dilakukan dengan perantara media komputer atau gadget.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Rahmad Hidayat saat menjadi narasumber dalam diskusi literasi digital di Desa Banjar Seminai, Kabupaten Siak, Riau, pada Rabu (28/2/2024) sore. Ikut bergabung dalam diskusi ”chip in” itu beberapa komunitas pemuda, yakni: komunitas Barumbung Baru, komunitas Dayun, Teluk Merbau, Pangkalan Makmur, dan komunitas pemuda Buana Makmur.
Rahmad Hidayat mengatakan, komunikasi melalui media digital, harus diakui, memiliki kelebihan hemat waktu dan biaya. Selebihnya, bebas berinteraksi kapan saja dan di mana saja, serta membuka ruang interaksi secara global.
”Namun, patut diingat, interaksi di dunia maya memiliki kekurangan kontrol diri dibandingkan dengan saat berinteraksi secara langsung. Tidak adanya empati yang muncul seperti saat interaksi secara tatap muka, dan mudah menimbulkan kesalahpahaman,” tutur Rahmad Hidayat dalam diskusi yang dimoderatori Mahfuzoh itu.
Dalam diskusi luring (offline) bertajuk ”Menjadi Netizen yang Bijak dalam Bermedia Sosial” itu, Rahmad menyebut tiga potensi yang muncul dari kewargaan digital yang sehat. Pertama, potensi penguatan ekonomi, lantaran sebagian besar platform ini menawarkan bebas biaya untuk membuka ”toko” virtual, dan memudahkan masyarakat untuk berdaya dengan membuka ruang baru untuk pertukaran ekonomi.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Selanjutnya, adanya keterlibatan masyarakat, karena akses informasi yang bebas telah membuka peluang untuk saling berbagi informasi antar-warga. ”Terakhir, adanya potensi partisipasi politik. Warga digital juga bisa turut menyampaikan aspirasi politik, mengawasi jalannya pemerintahan, serta memaksimalkan hak politik yang dimilikinya,” pungkas Rahmad Hidayat.
Dari perspektif berbeda, Ketua Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Riau Wahyu Ari Sandi mengatakan, dalam bermedia sosial warganet mestinya selalu berpedoman pada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Bijak bermedia sosial berarti berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
”Budaya Pancasila menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital. Wujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital,” tegas Wahyu Ari Sandi.
Sementara, praktisi TIK sekaligus pegiat literasi digital Moh. Rouf Azizi berpesan, banyak aktivitas pemuda di media sosial yang lebih mengutamakan viral daripada pertimbangan bermanfaat tidaknya sebuah unggahan.
”Bijak bermedia sosial harus memahami jenis media sosial, pasang perisai keamanan dan anti-hoaks, juga pakai etika saat berinteraksi di media sosial,” ujar Rouf Azizi.
Diskusi lintas-komunitas yang merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD), merupakan salah satu upaya Kemenkominfo untuk mempercepat transformasi digital warga masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Hingga akhir 2023, tercatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang diselenggarakan sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta warga masyarakat Indonesia sampai dengan akhir 2024.
Tahun ini, program #literasidigitalkominfo tersebut mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.
Mengutip survei yang dirilis APJII, tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, ada peningkatan 1,4 persen. Terhitung sejak 2018, penetrasi internet Indonesia mencapai 64,8 persen. Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023.