Jakarta –
Brigadir Agus Hartono selaku Bhabinkamtibmas Kelurahan 19 November, Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), tengah mengembangkan inovasi alat pengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Sampah-sampah plastik tersebut dikumpulkan dari warga.
Dia mengambil sampah dari rumah-rumah warga secara langsung. Sampah tersebut sebelumnya telah dikumpulkan dan dipilah yang bisa dijadikan bahan baku.
Brigadir Agus diketahui merupakan kandidat Hoegeng Corner 2023. Atas dedikasinya tersebut, dia diusulkan kembali sebagai kandidat Hoegeng Awards 2024.
Salah satu yang membagikan kisahnya yaitu Rizal, Kamis (29/2/2024). Dia merupakan warga Kelurahan 19 November yang kerap membeli bahan bakar dari Brigadir Agus.
“Saya sering ngambil itu bensin (dari Brigadir Agus), saya beli untuk Senso (gergaji mesin),” katanya.
Menurut Rizal, solar yang dijual Brigadir Agus lebih murah dibanding membeli di tempat pengisian bahan bakar. Per liternya, kata dia, bisa lebih murah sekitar Rp 2 ribu.
Pada mulanya, dia sempat menerima bahan bakar tersebut secara cuma-cuma. Meski kini dia membelinya, namun hal itu tak jadi soal sebab dia bisa membelinya dengan harga lebih murah.
“Pertama saya dikasih gratis, coba dites dulu, betul bagus sama kayak bensin yang biasa,” imbuhnya.
Dia sendiri mengatakan telah menggunakan bahan bakar yang diproduksi Brigadir Agus selama 6 tahun. Rizal selalu membeli darinya sebab harganya lebih murah.
Menurutnya, hal itu bisa membantu perekonomian warga. Dia menyebut warga yang bekerja sebagai pemotong kayu dan nelayan kerap membeli solar di sana.
“Biasa nelayan, biasa juga potong kayu. Di sini kebanyakan potong kayu (pekerjaan warga),” tuturnya.
Rizal sendiri setiap hari bekerja di pegunungan untuk mencari kayu. Dia biasanya menginap dan kembali beberapa hari sekali dari tempatnya mencari kayu.
Biasanya, 5 hari sekali dia turun untuk membeli bahan bakar dari Brigadir Agus. Rizal biasanya membeli bahan bakar sebanyak 10 liter sekali turun.
“Itu kalau saya beli 10 liter saya pakai 5 hari, baru saya beli lagi 10 liter,” ucapnya.
Bhabinkamtibmas Kelurahan 19 November Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Brigadir Agus Hartono. Foto: dok. istimewa
|
Warga Kumpulkan Sampah Plastik
Sepengetahuan Rizal, warga kerap mengumpulkan sampah plastik. Nantinya, sampah yang dikumpulkan tersebut yang diambil oleh Brigadir Agus untuk diolah menjadi bahan bakar.
Biasanya, lanjut dia, anak-anak di kelurahan turut mencari plastik. Namun, dia tak mengetahui pasti berapa total plastik yang kerap dikumpukan warga.
“Anak-anak biasa pergi mencari (sampah plastik), di karung biasa kumpul di situ dia mengumpul” jelasnya.
Apabila sampah plastik sudah terkumpul, nanti warga mengabari Brigadir Agus. Setelahnya, Brigadir Agus mengambil sampah tersebut untuk diolah.
“Kalau sudah banyak terkumpul tinggal kita bilang sudah banyak ini, datang nanti dia jemput bawa mobil biasa,” ucapnya.
Rizal mengaku beberapa tahun ini merasa lebih irit berkat alat yang digagas Brigadir Agus. Selain sosok yang inovatif, dia mengenal Brigadir Agus juga sebagai polisi yang dekat dengan warga.
“Dia Bhabinkamtibmas di sini, sering datang ke rumah kalau malam ngobrol,” ucapnya.
Bermula dari Patroli
Sosoknya yang inovatif itu membuatnya diusulkan Polda Sultra sebagai kandidat Hoegeng Corner. Brigadir Agus kepada detikcom beberapa waktu lalu mengatakan ide dari inovasinya bermula dari bencana banjir di wilayah binaannya.
“Hasil giat patroli saya yang melihat belum adanya tempat pembuangan sampah untuk masyarakat, serta seringnya terjadi kebanjiran saat musim hujan akibat tersumbat oleh sampah-sampah,” kata Brigadir Agus kepada detikcom, Kamis (30/11/2023).
“Saya mulai berpikir bagaimana solusi menangani permasalahan ini. Kemudian muncullah pemikiran saya, ‘Sebenarnya ini plastik terbuat dari apa sih?’. Setelah saya coba untuk cari tahu, ternyata plastik ini terbuat dari minyak bumi. Dari situ muncul ide kenapa tidak plastik-plastik ini di kembalikan ke bentuk aslinya, yaitu minyak bumi,” cerita Agus.
Brigadir Agus mengatakan dia memang gemar dengan pelajaran fisika dan kimia. Bahkan di bangku SMA, Brigadir Agus pernah mengikuti lomba sains.
“Awalnya saya cari tau bagaimana cara mengubah plastik menjadi minyak yaitu dengan cara firolisis. Kemudian saya mencari tahu dan memperdalam pengetahuan tentang proses firolisis, disertai dengan percobaan-percobaan yang tidak terhitung banyaknya, mulai tahun 2016 hingga awal 2018,” ucap Agus.
Agus pun terus melakukan eksperimen dengan menyulap barang-barang bekas atau tak terpakai di rumahnya untuk alat eksperimen.
“Hanya barang-barang bekas seadanya, seperti kaleng cat, pipa stainless, selang, drum bekas. Proses Firolisis plastik menjadi minyak berawal dari plastik dimasukkan dalam tabung pembakaran atau tabung reactor, lalu dipanaskan dengan titik panas tertentu,” terang dia.
“Selanjutnya plastik yang dipanaskan tersebut akan meleleh dan berubah menjadi asap atau uap panas. Lalu uap panas tersebut dialirkan menggunakan pipa stainless menuju tabung (kondensator 1) untuk mengalami pendinginan dan menjadi BBM alternatif solar,” sambung Brigadir Agus.
Selain solar, lanjut Brigadir Agus, firolisis itu juga menghasilkan BBM jenis premium. Pertama kali eksperimennya berhasil, solar tersebut diberikan ke perahu nelayan di Muara Kolaka dan mobil L300.
“Alhamdulillah berkat alat saya ini, bisa mengedukasi warga agar tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat. Kami akan menampung, karena selain alat ini, kami sudah membuat inovasi bank sampah,” kata Brigadir Agus.
Konsep bank sampah membuat warga terbiasa memilah sampah plastik dengan lainnya. Usai sampah plastik mereka terkumpul, Brigadir Agus akan menjemput sampah plastik tersebut secara door to door. Total sudah ada 90 warga yang menjadi nasabah di bank sampah.
“Sampah warga dikumpul dan nanti kami jemput serta dibeli. Jadi masyarakat punya motivasi untuk tidak lagi buang sampah,” ujarnya.
Alat pengubah sampah plastik jadi BBM ini sudah dilombakan di tingkat kabupaten dan mendapat juara 1 pada 2018, kemudian juga dilombakan di tingkat nasional di Bali. Brigadir Agus mengatakan Pemda Kolaka pun memberi perhatian pada inovasi ini dengan menggelontorkan dana Rp 170 juta.
“Bantuan dari Pemda Kolaka untuk anggaran penelitian pengembangan alat firolisis. Dengan dana sebesar Rp 170 juta itu kemarin saya buat alat dengan versi yang lebih baik lagi, serta dilakukan uji dari beberapa sampel plastik,” terang Brigadir Agus.
Ke depan, Brigadir Agus ingin mengujikan BBM hasil firolisisnya ke Sucofindo. Dia pun berencana mensosialisasikan hal ini kepada rekan-rekan polisi lainnya, terutama yang wilayah binaannya terkendala soal sampah.
“Rencana ke depannya saya ingin mensosialisasikan program ini ke temen-temen Bhabin, juga terutama wilayah kota yang banyak permasalahan sampahnya, insyaAllah tahun depan,” pungkas dia.
Simak juga ‘Road To Hoegeng Awards 2024’:
(rdh/hri)