Foto: Google.
CALIFORNIA – Salah satu pendiri dan mantan presiden Google Sergey Brin menanggapi reaksi publik atas tool kecerdasan buatan atau artificial Intelligence (AI) buatan perusahaan tersebut yang memicu skandal akibat bias politik dan ideologi bulan lalu. Pebisnis kelahiran Rusia itu mengakui bahwa sistem Gemini AI Google tidak diuji secara memadai sebelum diluncurkan bulan lalu.
Klip yang diposting di media sosial menunjukkan Brin, yang masih menjadi pemegang saham individu terbesar di Alphabet, perusahaan induk Google, berbicara di acara yang disebut “Gemini 1.5 Hackathon” pada Sabtu, (2/3/2024) di Hillsborough, California. Ketika ditanya tentang bias politik yang terlihat dari aplikasi Gemini AI milik Google, miliarder tersebut menjawab, “Saya tidak menyangka akan membicarakan hal ini hari ini.”
“Kami benar-benar mengacaukan (fitur) pembuatan gambar, dan saya pikir itu sebagian besar disebabkan, seperti, pengujian yang tidak menyeluruh,” tambahnya sebagaimana dilansir RT.
Komentar Brin muncul di tengah keluhan masyarakat tidak hanya atas respons gambar yang tidak tepat, secara rasial pada aplikasi tersebut – seperti menggambarkan orang Viking, pendiri Amerika Serikat, dan tentara Nazi sebagai orang kulit hitam atau Asia, dan menolak menampilkan gambar keluarga kulit putih – namun juga jawaban yang condong kepada ideologi tertentu terhadap pertanyaan informasional.
Misalnya, chatbot Gemini AI menolak mengutuk pedofilia dan memperingatkan agar tidak melabeli Antifa sebagai “kekerasan”. Gemini AI juga menolak keras mengambil keputusan tegas ketika ditanya apakah penyanyi Barbara Streisand atau diktator Soviet Joseph Stalin “lebih buruk bagi kemanusiaan.”