Jakarta –
Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri menyiapkan tiga pola pengaturan arus lalu lintas di jalan tol saat musim arus mudik dan arus balik Lebaran 2024. Polri mengantisipasi adanya potensi peningkatan jumlah pemudik saat masa mudik lebaran tahun ini.
Dirgakkum Korlantas Polri, Brigjen Raden Slamet Santoso mengatakan, ada tiga skenario rekayasa lalu lintas yaitu sistem satu arah atau one way, sistem lawan arus atau contra flow dan ganjil genap. Namun, pemberlakuan skenario rekayasa arus lalu lintas bersifat situasional.
“Nah rekayasa lalu lintas itu dengan contraflow, gage dan one way, itu kita lihat situasional,” kata Slamet usai kegiatan Tactical Floor Game (TFG) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (6/3/2024).
Dia mengatakan, penerapannya mengacu pada volume kendaraan di ruas jalan tol. Apabila memungkinkan harus dibikin one way maka langsung diberlakukan one way.
“Jumlah kendaraan seperti apa. Kalau misalnya cukup contra flow, contra flow pun ada satu lajur, dua lajur dan sebagainya,” kata dia.
Slamet mengatakan, kebijakan rekayasa lalu lintas dipastikan tidak menganggu kelancaran arus kendaraaan. Sebab, kata dia, pihaknya sudah mengatur sedemikian rupa, termasuk jika terjadi perlambatan di ujung jalan.
“Ya kita sudah atur. Jadi untuk perlambatan misalnya dari satu ke dua lajur itukan ada jarak ya, kita buat jarak beberapa meter. Kemudian pada saat rencana penutupan pengalihan dari dua lajur ke satu dan ke jalur bisannya kita seperti itu jaraknya,” ujar dia.
Tak hanya itu, Slamet menerangkan bahwa pihaknya juga menyiapkan pendekatan preventif dalam hal melakukan pengaturan lalu lintas. Kewenangannya, kata dia, ada pada Subdit Gakkum di masing-masing wilayah.
“Nah Gakkumnya kita antisipasi dengan kita menyiapkan tim-tim untuk mengatur penindakan-penindakan kepada para yang melanggar SKB dan sebagainya, jadi kita tegur, kita masukkan ke rest area. Kalau mislnya ada yang terlibat kecelakaan tim TKP kita sudah ready. Semua di setiap jalur sudah ada,” terangnya.
Kendati begitu, Slamet mengingatkan pentingnya menjalin komunikasi antar Direktorat Lalu Lintas di masing-masing wilayah. Terlebih, kata dia, jika ingin memberlakukan skenario rekayasa lalu lintas seperti contra flow, one way atau pengalihan arus.
Slamet mengatakan hal itu penting sebab terdapat daerah-daerah aglomerasi, seperti Polda Banten dengan Polda Metro Jaya atau Polda Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Bali. Itulah yang mengharuskan untuk saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain.
“Silahkan dikomunikasikan baik antar Kabupaten antar Polres maupun antar Provinsi, jadi seperti contohnya di Palembang, dari Palembang kalah memang arus dari penyeberangan Lampung ke Palembang sudah cukup banyak, di informasikan ke Polres Ogan Komering Ilir, dikomunikasikan lagi dengan jajaran ke Polrestabes Palembang sehingga bisa sama diantisipasi,” jelas Slamet.
“Demikian juga dengan yang ada di jawa, dan di Jakarta, Jawa Barat itu harus terkomunikasi dengan dari mulai Cikopo, Kalikangkung Palimanan sampai Semarang dan Yogyakarta,” imbuhnya.
(ond/dek)