Jakarta –
Proyek pengerjaan polder di sekitar Jalan Nangka Raya (Tanjung Barat), Jagakarsa, Jakarta Selatan menuai keluhan warga. Di antarannya perihal penutupan akses jalan yang turut menyebabkan dampak ekonomi terhadap pelaku usaha di sekitar.
Ketua RW 005 Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Syaifudin mengatakan memang kawasan itu bukan akses jalan utama, melainkan jalan alternatif dari arah Jalan TB Simatupang menuju Jalan Raya Tanjung Barat dan Jalan Raya Lenteng Agung. Di situ, kata dia, terdapat berbagai tempat usaha, seperti pedagang kaki lima, minimarket, hingga tempat pijat refleksi.
“Ini pedagang-pedagang semua, malah mereka sempat mengajak demo, karena memang efeknya ke omset mereka,” ujarnya saat ditemui detikcom, Sabtu (16/3/2024).
“Karena akses ke sininya terganggu, sama sekali nggak bisa (dilalui). Yang biasannya yang mau ke arah Lenteng pastikan lewat sini entah itu orang salat atau kerja. Sekarang nggak ada akses sama sekali, jadi cuma warga aja (yang lewat),” tambahnya.
Tak hanya itu, Syaifudin menuturkan pengerjaan proyek itu turut berdampak kepada aktivitas masyarakat umum. Sebab rangkaian pengerjaan proyek polder itu dilakukan di beberapa titik seperti di Jalan TB Simatupang, Jalan Raya Tanjung Barat, juga di Jalan Nangka Raya.
“Kalau secara aktivitas, mereka juga sangat terganggu. Saya sering ngobrol di masjid, warga bilang kalau lewat sini bisa berjam jam kena efek di (sekitar) Antam itu macetnya,” jelasnya.
Terlebih, kata dia, kemacetan kerap terjadi pada hari kerja. Tak jarang lalu lintas sampai terhenti akibat padatnya volume kendaraan yang melintas saat jam tertentu.
“Apalagi di hari kerja, sangat macet, bisa sampai Ragunan. Sampai stuck (lalu lintasnya), bisa cukup lama stucknya,” pungkasnya.
Syaifudin menuturkan, pengerjaan proyek itu dimulai sekitar bulan Juni 2023 lalu. Berdasarkan sosialisasi awal, kata dia, pengerjaan proyek itu dijanjikan rampung pada akhir Desember 2023.
Namun, lanjut Syaifudin, realitannya pekerjaan proyek tak selesai pada waktu yang dijanjikan. Hingga kemudian pihaknya menerima konfirmasi banyak pegerjaan harus mundur hingga Februari 2024.
“Memang di awal-awal sosialisasi pembangunan proyek tahapan awalnya ini itu sampai Desember 2023. Kemudian pemberitahuan berikutnya molor lah istilahnya sampai di akhir Februari untuk yang di sini,” ungkapnya.
Tenggat waktu yang dijanjikan kembali tak ditepati. Hingga saat ini, Syaifudin mengaku belum mendapat informasi lebih lanjut perihal target penyelesaian proyek itu.
“Belum, tidak ada (komunikasi lagi). Saya terakhir berkomunikasi bilangnya akhir Februari. Karena saya bilang saya dipertanyakan sama warga, saya yang ditanya kapan ini selesai. Akhirnya kita bertanya juga (ke kontraktor),” jelasnya.
(ond/dek)