Siklon Tropis. (Foto: Reuters)
JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memantau munculnya tiga bibit siklon tropis akibat perkembangan dinamika atmosfer di di sekitar Samudera Hindia selatan Jawa, Laut Timor, dan Laut Australia. Bibit siklon tropis 91S, 94S, dan 93P ini berpengaruh terhadap cuaca, mengakibatkan hujan lebat di wilayah Indonesia bagian selatan.
Menurut BMKG, Siklon tropis merupakan badai berkekuatan besar dengan radius rata-rata mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 °C. Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam.
Secara teknis, siklon tropis didefinisikan sebagai sistem tekanan rendah non-frontal yang berskala sinoptik yang tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin maksimum setidaknya mencapai 34 knot pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam.
Pusat siklon tropis yang disebut dengan mata siklon kadang terbentuk di wilayah dengan kecepatan angin relatif rendah dan tanpa awan. Diameter mata siklon ini bervariasi mulai dari 10 km hingga 100 km.
Mata siklon dikelilingi dinding mata, yaitu wilayah berbentuk cincin yang dapat mencapai ketebalan 16 km, yang merupakan wilayah dimana terdapat kecepatan angin tertinggi dan curah hujan terbesar.
Siklon tropis rata-rata aktif antara 3 hari hingga 18 hari dan akan melemah atau punah ketika bergerak memasuki wilayah perairan yang dingin atau daratan. Hal ini dikarenakan sumber energi siklon tropis berasal dari lautan yang hangat.
Siklon tropis juga dikenal dengan berbagai istilah lainnya, yaitu “badai tropis” atau “typhoon” atau “topan” jika terbentuk di Samudra Pasifik Barat, “siklon” atau “cyclone” jika terbentuk di sekitar India atau Australia, dan “hurricane” jika terbentuk di Samudra Atlantik.