Jakarta –
Nama Bripka Septinus Arui dikenal masyarakat Distrik Mubrani, Kabupaten Tembrauw, Papua Barat Daya, sebagai sosok yang peduli dengan pendidikan. Dia menjadi guru pengganti di sebuah Sekolah Dasar (SD) di Kampung Wasnembri.
Bripka Arui menjadi guru pengganti kala guru utamanya enggan mengajar. Dia mengajar seorang diri hingga guru pengganti lainnya datang dan mengajar di sana.
Dia disebut mulai menjadi guru pengganti sejak tahun 2015. Saat itu, dia mengajar seorang diri hingga sekitar tahun 2021-2022. Sesekali ada yang membantunya meskti tak bertahan lama.
Bripka Arui diketahui merupakan kandidat Hoegeng Corner 2023. Atas dedikasinya tersebut, dia diusulkan kembali sebagai kandidat Hoegeng Awards 2024.
Salah satu yang membagikan kisahnya yaitu Roni S. Kandang, Kamis (29/2/2024). Dia sebagai Koordinator Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Tembrauw.
“Dia di sana sudah dari 2015, dia bilang saya bantu ini karena kasihan punya adik-adik. Saya bilang oh silakan, nanti saya sampaikan ke dinas,” kata Roni.
Dia menyebut Bripka Arui mengajar secara sukarela, tanpa menerima imbalan sepeser pun. SD tersebut sudah lama tak ada aktivitas hingga kondisinya memprihatinkan.
“Waktu kami pergi kunjungi itu kasihan sekali sekolah sudah sangat terbengkalai,” sebutnya.
Lokasi SD-nya menurut Roni cukup terpencil. Saat awal Bripka Arui mengajar, akses kendaraan belum ada di sana, harus berjalan kaki sejauh 3-4 kilometer (Km). Medannya juga melewati rawa-rawa.
“Sekarang tapi sudah masuk ke dalam jalan, sudah pengerasan,” bebernya.
Masalah Bermula dari Pemekaran Wilayah
Roni menjelaskan awal mula permasalahan muncul. Saat itu, ada pemekaran Kabupaten Tambrauw yang semula menjadi bagian dari Kabupaten Manokwari. Terdapat beberapa guru yang semula mengajar di SD tersebut. Namun, mereka akhirnya enggan mengajar di sana karena status mereka sebagai pekerja di Kabupaten Manokwari.
“Mereka ada di situ tapi tidak mau mengajar. Itu bertahun-tahun dan jauh sekali jadi sulit kami jangkau,” ucapnya.
Kemudian Bripka Arui datang dan melihat keadaan SD tersebut yang terbengkalai. Dia lalu berinisiatif membantu mengajar anak-anak di sana seperti mengajar membaca, menulis, dan berhitung. Dia mengajar anak-anak tersebut seorang diri.
“Nanti setelah beberapa bulan, baru dibantu oleh pendeta dengan istrinya. Tapi itu hanya satu tahun,” sebutnya.
Roni merasa berterima kasih atas kehadiran Bripka Arui di sana. Dia melihat sendiri bagaimana kondisi sekolah sudah kurang terawat karena tidak ada kegiatan belajar mengajar.
Dia sempat berkeluh kesah kepada Bripka Arui tentang nasib anak-anak tanpa ada pendidikan di sana. Hingga akhirnya Bripka Arui mengambil langkah menjadi guru pengganti.
“Dia bilang bisa bantu ngajar, saya bilang silakan. Saya paling intens komunikasi dengan beliau waktu beliau ngajar di sana,” tuturnya.
Masih Memperhatikan SD
Saat ini, sudah ada 4 guru yang mengajar di SD tersebut. Mereka berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tenaga honorer.
Roni menyebut Bripka Arui sesekali juga masih berkunjung ke SD. Bahkan, dia masih ikut mengajar anak-anak SD ketika berkunjung ke sekolah.
“Kalau datang, dia masih sangat peduli dengan sekolah itu,” imbuhnya.
Menurut Roni, kegiatan belajar mengajar di SD sudah kembali seperti sedia kala. Meskipun secara kesluruhan, Kabupaten Tambrauw sendiri masih kekurangan tenaga pendidik.
Lokasinya yang terpencil, menjadi salah satu kendala. Sehingga kehadiran Bripka Arui menurut Roni sangat membantu anak-anak mengenyam pendidikan.
“Kami sangat terbantu, sangat berterima kasih adanya Pak Arui itu dia bisa bantu di sana waktu itu,” sebutnya.
Bermula dari Sambang Wilayah Binaan
Beberapa waktu lalu, Bhabinkamtibmas Kampung Ayambori, Manokwari, Papua Barat, tersebut sempat berbincang dengan detikcom mengenai awal mula tergerak mengajar di SD. Saat itu, dia tengah melakukan kunjungan di Wasnembri.
“2014, Saya dipindahkan ke Polsek Amberbaken sebagai anggota bhabinkamtibmas. Saya melakukan sambang, bahkan juga kunjungan dan patroli ke wilayah binaan. Nah di situ saya lihat salah satu kampung ini yang anak-anaknya tidak belajar, malah bermain, ikut orang tua ke kebun,” kata Bripka Arui saat dihubungi detikcom, Rabu (22/11/2023).
Salah satu warga yang merupakan orang tua murid lalu menceritakan pada Bripka Arui soal kegiatan belajar-mengajar yang tak jelas. Guru yang sebelumnya mengajar, akhirnya tak pernah datang lagi.
SD tersebut adalah SD Inpres 102 Wasnembri. Bripka Arui menuturkan sekolah yang berdiri sejak 1999 itu terkendala tenaga pendidik saat pemekaran Kabupaten Tambrauw.
“Terkait dengan pendidikan di SD Inpres 102 Wasnembri, itu sudah sejak 1999. Pada tahun 2012, 2013, 2014 itu kan masih ada guru, Tetapi pada tahun itu pemekaran Kabupaten Tambrauw. Kabupaten Tambrauw kan masih baru, jadi untuk pegawai dan PNS kan dalam proses,” tutur dia.
“Waktu itu dua guru juga tidak aktif mengajar anak-anak, satu guru tinggalnya jaraknya jauh di Kabupaten Manokwari. Sempat waktu itu proses belajar mengajarnya tidak normal, tidak aktif, tidak ada guru,” sambungnya.
Guru sebelumnya, cerita Bripka Arui, hanya datang saat pekan ujian akhir dan mengikutsertakan murid-murid yang bisa baca untuk mengikuti ujian. “Tapi pada saat ujian, guru yang statusnya kepala sekolah ini ke sekolah untuk mengikutsertakan anak-anak yang bisa baca untuk ikut ujian,” ujar dia.
Pria asli Papua Barat yang sudah 14 tahun berdinas di Polri ini menjelaskan sebanyak 30 siswa SD Inpres 102 Wasnembri terlantar lantaran tak ada guru. Dia mengaku tergerak untuk menyelamatkan masa depan puluhan anak Kampung Wasnembri itu.
“Pada 2015 saya diminta dari guru SMP untuk pengamanan ujian, kebetulan pas ada pengawas dari Dinas Pendidikan. Di situ saya sampaikan kendala SD Inpres kalau ada bangunan dan muridnya, tapi tidak ada guru untuk mengajar,” terang Bripka Arui.
“Saya sampaikan ke pengawas dari Disdik Kabupaten Tambrauw, kemudian pengawas sampaikan ke Kadis. Lewat sebulan, mereka cek lokasi SD Inpres. Habis itu kadisnya tanya ke saya, ‘Pak Bhabin kamu bisa tidak aktifkan sekolah ini kembali?’, saya sampaikan bisa,” sambung ceritanya.
Bripka Arui mengatakan upayanya mengaktifkan kembali kegiatan belajar-mengajar di SD Inpres 102 karena keyakinannya, bahwa pendidikan lah satu-satunya bekal anak-anak di kampung pedalaman Papua Barat ini memperoleh hidup yang lebih baik.
“Waktu itu kasihan anak-anak, karena yang bisa merubah karakter, mental dan kemampuan mereka hanya pendidikan. Saya punya rasa kasih sayang pada mereka. Kasihan kalau mereka tidak sekolah, bagaimana masa depan mereka? Sekarang ini sudah 40 murid SD Inpers 102,” ungkap polisi yang juga pendeta ini.
Bagi Bripka Arui, anak-anak di Kampung Wasnembri minimal bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung). Dia pun hingga kini menjadi guru di SD tersebut untuk mengajari anak-anak calistung.
“Saya lakukan pendidikan terhadap anak-anak ini, prinsip saya untuk anak-naka ini bisa tau baca, tulis dan hitung. Satu bulan kemudian saya dilatih bagaimana menjadi pengajar, disertai dengan metode-metode pembelajaran, cara-cara mengelola data pokok pendidikan (dapodik). Semuanya diajari Dinas Pendidikan,” terang Bripka Arui.
“Puji Tuhan begitu saya aktifkan sekolah kembali mereka semangat dan punya niat untuk bersekolah. Saya gabungkan kelas 1 dengan 6 itu dalam satu kelas, baru saya lihat kemampuan anak-anak bisa memahami pelajaran, menguasai diri, bahkan juga mentalnya, psikologinya. Lalu datanya saya kasih ke Disdik,” tambah Bripka Arui.
Berdasarkan data yang diberikan Bripka Arui, Dinas Pendidikan Tambrauw lalu mengkkasifikasi 5 anak layak berada di kelas VI, 4 anak di kelas V, kemudian 10 anak di kelas III. Sisanya kelas I dan II SD.
“Saya aktifkan sekolah dan koordinasi dengan dinas terus-menerus. Dinas Pendidikan juga punya perhatian, mereka kasihkan buku ke saya, komunikasi dengan dapodik dan lain-lain,” kata Bripka Arui.
Selama kekurangan guru, Bripka Arui menggandeng pendeta setempat, guru yang sebelumnya menghilang, hingga warga lulusan SMA untuk mengajar anak-anak.
“Saat kami sudah buka sekolah, dari dinas terkait memberikan hak guru PNS yang ada. Maka haknya itu saya bawa ke guru itu, saya bilang ‘Bapak punya hak ini, jadi bapak harus kembali mengajar ya’,” tutur Bripka Arui.
Atas dedikasinya, Bripka Septinus diaugerahi tiga penghargaan yakni dari Pemerintah Kabupaten Tambrauw, Dinas Pendidikan Kabupaten Tambrauw dan Kapolres Manokwari.
Simak juga ‘Road To Hoegeng Awards 2024’:
(rdh/hri)