Jakarta –
Aipda Agus Miswanto membangun tempat pendidikan Al-Quran (TPQ), dan pesantren di kampungnya di Brobot, Bojongsari, Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng). Dia mendidik anak-anak hingga ibu-ibu pengajian belajar membaca Al-Quran.
Aipda Agus merupakan kandidat Hoegeng Corner 2023. Karena aksinya itu, dia kembali diusulkan menjadi kandidat Hoegeng Awards 2024. Salah satu orang yang mengusulkan adalah Hari Susanti, warga Brobot, Purbalingga.
Susanti mengatakan warga sekitar yang merasa terbantu dengan Aipda Agus dalam mendidik anaknya. Menurut Susanti, sebelum Aipda Agus memulai mengajar ngaji, anaknya termasuk anak yang susah belajar mengaji.
“Alhamdulillah sangat terbantu, anak saya susah ngaji, sekarang jad semangat ngaji,” kata Susanti.
Susanti mengatakan, tak hanya anak-anak yang diajar mengaji di TPQ tersebut. Dia dan ibu-ibu di Brobot pun mengaji di tempat Aipda Agus. Agus mengajarkan ibu-ibu dari yang tidak tahu huruf hijaiah.
“(Ibu-ibu) ngaji seperti anak-anak. Ngaji dari jilid, dari awal. Pengenalan huruf hijaiah, Senin sampai Kamis. Rabu buat fikih ibu-ibu,” kata Susanti.
Susanti menceritakan awalnya Aipda Agus mengajar di musala. Sebelum Agus mengajar pada 2019, tidak ada orang yang mengajar untuk mengaji. Musala pun lebih banyak kosong.
“Dari dulu (Aipda Agus) suka isi tausiah, di sini banyak anak-anak tapi tak ada wadah untuk anak-anak ini mengaji. Ada pemikiran untuk membuat TPQ,” kata Susanti.
Susanti pun menjadi saksi perkembangan TPQ dan pesantren milik Aipda Agus. Kini, sudah ada bangunan atau tempat permanen untuk anak-anak mengaji.
“Initinya lagi merintis, namanya sudah pondok pesantren tapi masih merintis,” ujar Susanti.
“Dulu nggak ada gedung, sekarang alhamdulillah bikin musala sendiri, gedung sendiri,” sambungnya.
Cerita Aipda Agus Bangun TPQ
Agus sempat menceritakan soal pembangunan TPQ dan pesantren kepada detikcom beberapa waktu lalu. Agus mengaku heran melihat lingkungannya tak ada orang yang mengajar ngaji.
“Saya waktu itu heran, lingkungan sini tidak ada kegiatan mengaji dan keagamaan rutin. Musala sekitar juga sepi dari kegiatan mengaji,” kata Agus kepada wartawan, Selasa (8/8/2023).
Dari situ dirinya merasa terpanggil. Bermodalkan bekal ilmu agama yang dimilikinya, Aipda Agus lalu membuka majelis baca Al-Qur’an di musala itu.
Bak gayung bersambut, anak-anak saat itu sangat antusias. Namun jumlahnya masih belum terlalu banyak. Namun, karena niatnya ibadah, ia tetap semangat mengajar.
“Saya kepingin agar anak-anak khususnya di lingkungan menjadi anak yang salih dan salihah. Awalnya jemaah sedikit, paling banyak 10 orang. Tapi saya tetap istikamah mengajari anak-anak dan orang tua membaca tulis Al-Qur’an,” terangnya.
Anak-anak mengaji dan hafalan surat pendek setelah asar, setelah itu ibu-ibu mengaji hingga menjelang magrib.
Lambat laun, majelis yang didirikannya semakin besar. Beruntungnya, pada tahun 2022 orang tuanya mewakafkan tanah. Tanah tersebut ia gunakan untuk membangun masjid kecil di sebelah rumah.
“Jumlah jemaah semakin banyak dan musala tempat mengajar kurang cukup menampung jemaah. Alhamdulillah ada rezeki jadi saya bangun masjid biar semua bisa tertampung,” ujarnya.
Di tahun yang sama, dia lalu membuat yayasan, dan mendirikan Pondok Pesantren Daruttaqwa. Di sebelah musala juga sudah ada rumah yang dibuat sejumlah kamar untuk santri.
“Sekarang alhamdulilah ada 70 santri yang mondok di sini. Sebagian santri dari lingkungan sekitar. Tapi juga ada dari desa lain dan tinggal di sini” jelasnya.
Simak juga ‘Road To Hoegeng Awards 2024’:
(aik/knv)