Jakarta –
Bripka Ilham Wahyu merupakan polisi yang peduli dengan masa depan anak yatim piatu di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bhabinkamtibmas Desa Puyung, Polsek Jonggot tersebut, mendirikan Yayasan Gema Insan Berdikari (GIB) untuk membantu anak-anak yatim piatu di sana.
Dia telah membangun dan menjalankan yayasan tersebut sejak 2020. Yayasan yang lebih dikenal dengan nama Gerakan Ikhlas Bersedekah oleh warga tersebut menjadi jalannya untuk membantu anak yatim piatu, lansia, dan bagi yang membutuhkan.
Hal itu yang membuatnya diusulkan oleh salah satu warga Desa Puyung bernama Rizky Prasetya, Rabu (13/3/2024). Dia mengusulkan Aipda Dony melalui formulir online Hoegeng Awards 2024 di sini.
Rizky merupakan manajer salah satu kolam renang di Desa Puyung. Dia kerap mengikuti kegiatan Yayasan GIB bersama Bripka Ilham yang digelar di kolam renang tempatnya bekerja.
“Kemarin kebetulan Yayasan GIB itu merayakan ulang tahunnya Senin, perayaan tahun keempat berdirinya. Alhamdulillah ada 80 anak yatim piatu yang diundang untuk dikasih santunan. Selama bulan puasa ini, akan tetap memberi santunan,” kata Rizky saat dihubungi.
Yayasan tersebut mulanya fokus membantu anak-anak yatim piatu. Seiring berjalan waktu, mereka juga membantu lansia, hingga merenovasi rumah warga yang tidak layak huni.
Sepengetahuan Rizky, yayasan tersebut tak memiliki donatur tetap. Sehingga salah satu cara mereka mengumpulkan dana adalah dengan ‘mengamen’.
“Ngamennya bisa di mana saja, diundang sama orang. Jadi ada kotak misalnya live music, disisihin, dikumpulin, untuk dikasih ke anak yatim piatu,” terangnya.
Anggota yang ikut mengamen tersebut tidak dipaksakan. Siapa saja bisa ikut bergabung dan menjadi bagian dari Yayasan GIB, selama memiliki tujuan yang sama.
Menurut Rizky, kekompakan mereka tidak perlu diragukan lagi. Anggotanya tidak hanya warga Desa Puyung saja, melainkan desa-desa di sekitarnya juga sudah bergabung.
“Biasanya kebetulan setiap hari Minggu di tempat saya, di kolam renang saya. Karena kebetulan saya punya program di kolam renang setiap hari Rabu itu mengundang anak yatim di Kabupaten Lombok Tengah khususnya,” sebutnya.
“Jadi di hari Minggu itu mereka ngamen, dan di hari Rabu itu kita barengan jadinya. Saya memberi anak yatim piatu fasilitas untuk berenang, mereka memberikan santunannya,” lanjut dia.
Maskimalkan Tepat Sasaran
Rizky menyebut Yayasan GIB besutan Bripka Ilham tersebut memastikan bantuannya tepat sasaran. Caranya berkoordinasi dengan setiap Kepala Dusun (Kadus) yang ada di desa sasaran bantuan.
Sehingga bantuan yang diberikan langsung kepada yang membutuhkan. Salah satunya lansia dan renovasi rumah warga yang sudah tidak layak huni.
Menurutnya, bantuan tidak dibagikan dalam jangka waktu tertentu. Bantuan dibagikan apabila dana yang terkumpul telah memadai.
“Jadi yang tidak terdata di Baznas, biasanya dari Kadusnya langsung. Setiap ada anak yatim piatu itu diinfoin ke GIB kalah misalnya ada butuh sesuatu. Kemarin sampai ada dibantu Paket C untuk anak SMA dari hasil ngamen itu kebanyakan,” jelasnya.
Bripka Ilham Wahyu bersama anak-anak yatim piatu di Lombok Tengah (Foto: dok. Istimewa).
|
Pernah Menjadi Anak Yatim
Dihubungi terpisah, Bripka Ilham bercerita awal mula serta tujuannya mendirikan Yayasan GIB. Ketika menjadi Bhabinkamtibmas, dia melihat bahwa anak-anak yatim memang memerlukan bantuan.
Hal tersebut juga dikarenakan dahulu dia mengerti betul rasanya menjadi anak yatim. Sehingga dia ingin anak-anak yatim juga memiliki kehidupan yang layak.
“Harapan kami bagaimana anak yatim ini supaya tidak putus sekolah, terus kebutuhan sehari-harinya bisa terpenuhi. Harapan kamu mudah-mudahan dari donatur maupun teman-teman yang bergerak di yayasan ini, bisa membantu anak-anak yatim supaya bisa menjadi anak yang sukses, tidak putus sekolah, supaya ke depannya mungkin bisa menjadi orang sukses,” katanya.
Melalui Yayasan GIB, dia menggandeng anak-anak muda untuk bergerak bersama. Anak-anak muda yang punya kemampuan bermain alat musik dan bernyanyi, membentuk grup musik. Mereka yang nantinya mengamen dari tempat satu ke tempat lainnya. Selain itu, mereka juga menerima panggilan apabila ada acara yang membutuhkan iringan lagu dari grup musik.
“Jadi terkait masalah harga jasa band dari GIB, kita tidak pernah menekan tarif. Jadi budget yang diberikan kepada band GIB ini kita sisihkan sekian persen untuk anak yatim, wajib itu. Jadi warga masyarakat terhibur iya, bersedekah iya,” ungkapnya.
Bripka Ilham menyisihkan sebagian penghasilan mengamen mereka untuk operasional yayasan. Salah satunya untuk diberikan makan kepada para personel grup musik.
“Jadi kalau kita nggak pikirkan mereka juga, gimana kita bisa jalan,” ucapnya.
Saat ini, kata Bripka Ilham, anggota di yayasan tersebut sekitar 20 orang. Sejak awal ingin bergabung, mereka diberitahu bahwa yayasan tersebut bergerak berdasarkan keikhlasan. Sebab, yayasan tersebut bukan tempat untuk mencari keuntungan materil.
Warga Ikut Membantu
Bripka Ilham tidak bergerak sendiri. Ada andil warga yang turut membantu menjalankan yaysan tersebut. Terutama apabila ingin mengadakan renovasi rumah warga tidak layak huni.
Awalnya, warga tersebut akan dilihat kondisinya mulai dari pekerjaannya dan penghasilannya. Apabila memenuhi kriteria, maka bantuan bisa diberikan.
“Kadang kan banyak warga kita orang berada tapi nggak mau perbaiki rumahnya. Yang memang betul-betul jarang tersentuh bantuan, di situ kita aplikasikan,” ucapnya.
Bripka Ilham mengatakan pada dasarnya, warga di tempatnya masih memiliki jiwa gotong-royong yang baik. Namun terkadang, tidak ada yang ingin untuk menginisiasi.
Maka dengan adanya Yayasan GIB, warga mulai bergerak turut membantu. Warga memberikan bantuan material bangunan hingga uang tunai. Dia juga ingin menggerakkan warga agar meningkatkan semangat gotong-royong tersebut.
“Alhamdulillah dengan adanya medsos ini saya share, ada yang nanya dimana itu. Yang mau bantu paling nggak semen atau ada yang titip uang gitu kita kumpulkan, dimana rumah itu bisa jadi,” bebernya.
Terkait biaya operasional yayasan, Bripka Ilham mengatakan semua dilakukan secara kolektif. Anggotanya bersama-sama iuran, sumber dananya bisa berasal dari uang hasil mengamen yang disisihkan sebagian.
Bripka Ilham menjelaskan alasan mengapa biaya operasional yayasan dilakukan secara kolektif. Hal itu bertujuan agar membangun rasa kepemilikan yayasan bersama-sama.
“Kalau kita iuran terus secara hasil ngamen kita sisihkan, jadi mereka semua merasa memiliki dari pengurus-pengurus ini,” ujarnya.
Bripka Ilham Wahyu bersama anak-anak yatim piatu di Lombok Tengah (Foto: dok. Istimewa).
|
Harapan ke Depan
Bripka Ilham mengakui bahwa salah satu kelemahan yayasannya adalah tak ada donatur tetap. Sehingga dia tidak bisa maksimal dalam memberi bantuan kepada warga yang membutuhkan.
Dia sangat berharap dan berkeinginan agar ada bangunan tetap dari yayasannya. Sehingga nanti warga yang membutuhkan, khususnya anak-anak yatim piatu dan anak-anak telantar punya tempat bernaung.
“Cuma masih proses dulu, kami besar sekali harapan agar mempunyai lahan, dan bisa didik anak-anak yatim di situ,” harapnya.
Dengan begitu, dia berharap agar anak-anak tersebut kelak memiliki kemampuan yang mumpuni saat dewasa. Dia sangat berharap anak-anak tersebut tidak putus sekolah.
Bripka Ilham juga berharap agar jangkauannya semakin luas. Sehingga yayasannya bisa bermanfaat tak hanya di Desa Puyung atau Kecamatan Jonggat saja, tetapi bisa menjangkau seluruh Kabupaten Lombok Barat.
“Mudah-mudahan jadi anak sukses, intinya jangan sampai putus sekolah,” pungkasnya.
(rdh/hri)