Jakarta –
Banjir di wilayah Tegal Alur, Jakarta Barat, sudah lebih dari 24 jam belum surut. Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta fraksi NasDem, Nova Harivan Paloh, mempertanyakan keefektifan program penanganan banjir Pemprov DKI.
“Pemprov DKI kan punya program besar seperti pengerukan kali yang selama kemarin sudah dijalankan selama musim kemarau, kedua program masalah polder, itu kan polder untuk rumah pompa mengatasi masalah banjir,” kata Nova kepada wartawan, Sabtu (23/3/2024).
“Terus juga yang penting lagi kan ada program terkait dengan sodetan, perbaikan saluran, artinya kita mau sampaikan juga seluruh program itu perencanaannya cukup baik, tapi saya belum tahu juga masalah pelaksanaannya seperti apa,” imbuhnya.
Nova mempertanyakan apakah Pemprov DKI terus melakukan pengerukan saluran air. Dia juga bertanya terkait progres pembangunan polder.
“Apakah program pengerukan kali terus-terus dilaksanakan, apakah kegiatan yang dicanangkan dari tahun 2023 sudah 100% masalah polder itu dan rumah pompanya sudah bagus atau tidak untuk mengendalikan banjir?” katanya.
Selain itu, menurut Nova, pembangunan embung juga dibutuhkan untuk pengendalian banjir. Dia mencontohkan dengan waduk Brigif di Jakarta Selatan.
“Terus lagi yang paling penting masalah program embung, waduk, itu sampai mana? Kalau sepengetahuan saya yang memang baru berhasil waduk Brigif, yang artinya untuk pengendalian di wilayah selatan khususnya di wilayah Jagakarsa dan sekitarnya,” sebut dia.
Nova lantas mempertanyakan program penanganan banjir yang sudah terkelola dengan baik. Utamanya, kata dia, di wilayah rawan.
“Coba kita lihat lagi seberapa persen sih untuk masalah program penanganan banjir yang sudah terkelola dengan baik di wilayah?” uncapnya.
Tak hanya itu, menurut Nova penanganan banjir rob di pesisir Jakarta juga perlu menjadi perhatian. Dia berharap program tanggul raksasa segera dituntaskan.
“Ini kan perlu referensi kita juga untuk mengevaluasi program besar dari Pemprov DKI, dari Dinas SDA. Ini yang perlu kita lihat keefektifannya. Nanti apa yang perlu ditambah,” ucap dia.
Masalah normalisasi Kali Ciliwung juga menjadi perhatian Nova. Menurutnya, banjir masih kerap terjadi di beberapa titik dekat sungai karena program ini belum terealisasi.
“Kalau di selatan masalah program normalisasi masih tersendat, ini sudah berapa tahun? Wilayah yang terkena dampak sepanjang normalisasi wilayah Pejaten Timur, di Rawajati, masih belum selesai juga kan,” sebutnya.
Dorong Pembangunan Embung
Menurut Nova, hal penting menangani banjir adalah pembuatan embung. Sebab, kata dia, embung sangat dibutuhkan untuk penampungan air.
“Yang paling penting saat ini adalah masalah reservoir, embung. Kalau kita ingin menempatkan pompa mobile untuk mengurangi banjir di sana, tapi kita menyedot air tapi buangan kita nggak tahu mau ke mana ya percuma,” jelasnya.
“Nah ini kita coba lagi, misalnya solusinya apa dong, bisa nggak dibuat embung? Artinya ada perencanaanya kan, embung di wilayah selatan juga dan di wilayah Jakarta Barat,” lanjutnya.
Masalah banjir di Kelapa Gading termasuk menjadi catatan Nova. Menurutnya, mengatasi banjir tidak cukup dengan pompa mobile tapi butuh kolam penampungan.
“Kita tidak bisa hanya main pompa lagi, pompa lagi di sana kan, tapi buangannya mau ke mana. Karena saya melihat ini harus benar-benar kita efektifkan masalah program ini. Yang penting kalau saya buangannya ke mana dan tampungannya apa, itu yang perlu dipikirkan ke depan,” pungkasnya.
Diketahui, banjir melanda sejumlah wilayah di DKI Jakarta pada Jumat (23/3), salah satunya di Tegal Alur, Jakarta Barat. Hingga Sabtu (24/3) siang daerah ini masih terendam.
Pantauan detikcom di Jalan Bandung, Tegal Alur, Jakarta Barat, pada Sabtu (23/3/2024) pukul 13.25 WIB, banjir terjadi di RT 01 RW 06. Banjir disebabkan intensitas hujan yang tinggi dan kurangnya saluran air di sekitar lokasi.
Lokasi tersebut memang berdampingan dengan bibir kali. Akses menuju perumahan tersebut juga tampak menurun dari atas jalan raya.
Ukuran banjir terendah berada di titik awal masuk ke lingkungan perubahan yang ketinggiannya sekitar 25 cm. Setelah disusuri hingga ke tengah jalan, ketinggian air bisa mencapai 60 cm.
Hingga Sabtu (23/3) banjir masih menggenangi wilayah ini. Sejumlah warga pun harus mengungsi.
(lir/dhn)