Bripka Heribertus Agustinus B Tena membantu masyarakat di daerah terpencil atau pelosok Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagai Pejabat Sementara (PS) Kasi Dokkes Polres Manggarai Timur itu, dia turun ke pelosok-pelosok di Manggarai Timur mengecek kesehatan warga hingga mengantar ke fasilitas kesehatan yang layak.
Bripka Hery, panggilan akrab Heribertus, diusulkan menjadi salah satu kandidat dari Hoegeng Awards 2024. Salah satu yang mengusulkan adalah warga Manggarai Timur bernama Dionisius Parera. Dalam testimoninya, dia menuliskan:
Sangat peduli pada sesama. Berkorban dan memperhatikan orang miskin, orang cacat, membantu yang butuh pertolongan agar keluar dari kesulitan. Selalu siap kapan saja untuk melakukan kebaikan.
Doni, panggilan akrab Dionisius banyak masyarakat kurang mampu di Manggarai Timur. Dia menyebut banyak masyarakat dari kalangan miskin yang dibantu oleh Bripka Hery.
“Kabupaten ini masuk dalam kategori miskin ekstrim, di NTT yang miskin. Orang cacat, janda-janda miskin, keluarga-keluarga tidak mampu, banyak sekali yang dibantu di sini,” katanya.
Bripka Heribertus Agustinus B Tena membantu masyarakat di pelosok Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) Foto: dok.istimewa
|
Harus Sewa Mobil untuk Angkut Pasien
Saat dihubungi, Bripka Hery menceritakan dia selalu berkeliling dan jemput bola kepada masyarakat yang sakit. Dia mengecek kesehatan hingga memberikan obat warga Manggarai Timur.
“Kebetulan saya selaku PS. Kasi Dokkes Polres Manggarai Timur dengan latar belakang kesehatan dapat melayani pemeriksaan kesehatan seperti mengukur tekanan darah, dan memeriksa gula darah, kolesterol darah, dan perawatan luka sesuai keluhan warga,” kata Bripka Hery, saat dihubungi.
Bripka Hery mengatakan banyak daerah di Manggarai Timur merupakan daerah terpencil. Mereka kesulitan mendapat fasilitas kesehatan yang layak.
“Domisili pasien yang dibantu (di daerah terpencil) berasal dari Desa Bamo, Kecamatan Kota Komba; Kampung Gorong, Desa Rana Gampang, Kecamatan Elar; Desa Beawaek, Kecamatan Lamba Leda Selatan,” kata Bripka Hery.
Untuk warga-warga tersebut, mereka harus dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit di Manggarai Timur. Untuk membawa mereka, Brigadir Hery harus menyewa mobil.
“Biasanya kami carter mobil atau sewa mobil, karena mereka kan warga tidak mampu, jadi kita fasilitasi dengan carter mobil atau sewa mobil agar mereka bisa dibawa ke rumah sakit atau Puskesmas,” katanya.
Dia menyebut kondisi akses menuju rumah sakit di Manggarai Timur dan Puskesmas, memerlukan waktu dua hingga empat jam perjalanan.
“Di Manggarai Timur, geografis yang kami bantu di desa-desa terpencil yang jauh dari fasilitas kesehatan, jadi kami bantu untuk dapat fasilitas kesehatan,” katanya.
Pasien Dibawa Ke Kota Kupang
Menurut Brigadir Hery, Manggarai Timur punya kendala ketersediaan dokter, khususnya dokter spesialis. Terkadang, pasien yang ada di pelosok itu tak dibawa kota atau kabupaten lain di luar Manggarai Timur.
“Kondisi yang kami temukan, kondisi pasien sudah parah. Jadi mau tidak mau, dirujuk bukan lagi ke Puskesmas, harus ke dokter spesialis, atau Poli Spesialis, yang di mana Manggarai Timur sangat terbatas,” katanya.
“Iya di Manggarai Timur, kekurangan dokter spesialis, ada beberapa dokter spesialis yang di luar. Jadi kami harus antar ke kabupaten tetangga,” katanya.
Tak jarang, pasien harus dibawa ke Kota Kupang. Seperti yang dialami oleh salah satu warga yang mengidap kanker kelenjar tiroid.
“Ada pasien kanker kelenjar tiroid yang sudah membesar puluhan tahun, di rujuk ke luar,” katanya.
Pasien tersebut harus dirujuk ke salah satu Rumah Sakit di Kota Kupang. Diketahui, Manggarai Timur berada di Pulau Flores, sementara Kupang ada di Pulau Timor.
“Dari Manggarai Timur ke Kabupaten Manggarai dua jam, dari Manggarai ke Kota Kupang satu malam perjalanan menggunakan transportasi laut kapal,” katanya.
Bripka Hery tidak mengantar pasien ke Kota Kupang. Namun, dia yang berasal dari Kupang, mempersilahkan rumahnya untuk dijadikan tempat tinggal pasien.
“Kalau untuk Kota Kupang, saya tidak mengantar sampai Kota Kupang. Saya dampingi sampai pelabuhan, selanjutnya saya bantu tempat persinggahan untuk pasien yang tidak ada keluarga di Kota Kupang,” katanya.
“Mereka gunakan rumah saya secara gratis untuk tempat menginap selama mereka melakukan pengobatan di RS Kota Kupang,” katanya.