Jakarta –
Peristiwa Bandung Lautan Api diperingati setiap tahun pada tanggal 24 Maret. Tujuan peringatan nasional tersebut untuk mengenang peristiwa pengosongan kota Bandung agar tidak dikuasai oleh penjajah.
Lantas, bagaimana sejarah peringatan Bandung Lautan Api? Mengapa disebut dengan peristiwa Bandung Lautan Api? Simak ulasannya berikut ini.
Bandung Lautan Api adalah pengosongan dan pembakaran kota Bandung agar tidak menjadi markas Sekutu dan NICA (Belanda). Momentum tersebut merupakan pembumihangusan kota Bandung yang dilakukan oleh masyarakat Bandung sebagai bentuk respon atas ultimatum oleh Sekutu yang memerintahkan untuk mengosongkan Bandung.
Latar Belakang Bandung Lautan Api
Peringatan Bandung Lautan Api setiap 24 Maret dilatarbelakangi oleh pertempuran antara pahlawan Indonesia melawan penjajah Belanda. Dikutip dari situs Kemdikbud, penjajah Belanda saat itu berniat untuk menguasai kota Bandung dengan mengeluarkan ultimatum agar masyarakat sipil segera mengosongi wilayah tersebut.
– Kekacauan Diawali oleh Pihak Belanda
Berawal dari orang-orang Belanda yang baru saja bebas dari tempat tahanan mulai melakukan tindakan yang mengacaukan keamanan negara. Bentrokan antara tentara Sekutu dengan Tentara Republik Indonesia (TRI) tidak dapat dihindari.
Pada 24 November 1945 malam, TRI dan badan-badan perjuangan lainnya meluncurkan serangan kepada markas-markas Sekutu di Bandung bagian utara, termasuk Hotel Homan dan Hotel Preanger yang menjadi markas besar Sekutu.
– Ultimatum oleh Sekutu untuk Warga Bandung
Tiga hari setelah penyerangan markas Sekutu, Brigade MacDonald menyampaikan ultimatumnya kepada Gubernur Jawa Barat agar segera mengosongkan wilayah Bandung Utara oleh seluruh warga Indonesia, termasuk pasukan bersenjata. Kebijakan dalam ultimatum tersebut meliputi:
- Ultimatum tersebut harus dilaksanakan selambat-lambatnya pukul 12.00 tanggal 29 November 1945.
- Sekutu menjadikan kota Bandung Utara menjadi wilayah kekuasaan mereka, sedangkan Bandung Selatan menjadi di bawah kekuasaan pemerintah RI.
Ultimatum tersebut dijawab pasukan Indonesia dengan mendirikan pos-pos gerilya di berbagai tempat. Memasuki awal tahun 1946, pertempuran antara Sekutu dengan para TRI semakin memanas.
– Peringatan Ultimatum Kedua oleh Sekutu
Pada tanggal 23 Maret 1946, Sekutu menyampaikan ultimatum kedua kepada Perdana Menteri Syahrir agar Bandung dikosongkan selambat-lambatnya sebelum pukul 24.00 tanggal 24 Maret 1946. Pasukan Indonesia diharapkan meninggalkan Bandung Selatan sejauh 10 sampai 11 kilometer dari pusat kota.
Jenderal Mayor Nasution menolak ultimatum tersebut sebab sangat mustahil memindahkan ribuan pasukan dalam waktu singkat. Dalam pertemuan Nasution dengan para Komandan TRI serta aparat pemerintahan, dicapai kesepakatan untuk membumihanguskan Bandung sebelum kota itu ditinggalkan.
Menurut rencana, Bandung akan dikosongkan pada tanggal 24 Maret pukul 00.00. Ternyata, pembakaran dilaksanakan lebih awal yakni pukul 21.00. Berbagai bangunan yang diledakkan adalah:
- Bank Rakyat di Bandung
- Kawasan Banceuy
- Kawasan Cicadas
- Kawasan Braga
- Kawasan Tegalega
- Asrama Tentara Rakyat Indonesia (TRI)
Peristiwa pembumihangusan Bandung kemudian disebut Bandung Lautan Api. Hari Bandung Lautan Api diperingati tanggal 24 Maret karena bersamaan dengan peristiwa pengosongan kota Bandung tersebut.
(kny/imk)