Jakarta –
Iptu Suriadin kembali diusulkan masyarakat dalam Hoegeng Awards 2024. Sebab, kisah Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polres Tolikara ini cukup melegenda, yaitu menolak suap dari para pemburu rusa di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT), demi keberlangsungan habitat komodo di Taman Nasional Pulau Komodo.
Pengusul Iptu Suriadin adalah Anwar Saragih, teman satu angkatan Sariadin saat kuliah S3 di Universitas Cendrawasih (Uncen), Jayapura, Papua. Anwar merasa kagum dengan sikap pemberani, tegas dan jujur dari sosok polisi asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang telah lama bertugas di Korps Brimob Polda Papua.
Anwar merupakan warga asli Medan, Sumatera Utara (Sumut), yang berkuliah S3 di Uncen Papua pada tahun 2021. Saat kuliah di Uncen itu, Anwar kenal dengan Iptu Suriadin karena menjadi teman seangkatan.
“Kami kenal itu sejak 2021 karena kebetulan saya kenalnya di Uncen, dia mahasiswa S3 di sana, dia sering cerita. Beliau penugasan di Tolikara, saat itu dia sedang ada di Bima, karena kan kampungnya ada di Bima. Terus dia nangkap pemburu liar yang baru angkat muat,” kata Anwar kepada detikcom, Senin (19/3/2024).
Dia menyebut Iptu Suriadin dengan berani seorang diri tanpa senjata menangkap para pemburu liar yang sudah menembak sekitar 100 ekor rusa dan 4 ekor kerbau di Pulau Komodo. Hasil buruan para pemburu ilegal itu telah dikumpulkan di pesisir Pantai So Toro Wamba, Desa Poja, Kecamatan Sape, Bima.
“Ada 100 ekor rusa, 4 kerbau yang sebenarnya untuk komodo, untuk keseimbangan alam untuk makanannya komodo,” ucapnya.
Ada sekitar 5 orang pemburu liar dengan senjata laras panjang dipergoki Iptu Suriadin di pesisir pantai tengah mengangkut muatan rusa dan kerbau ke atas perahu. Iptu Suriadin, kata Anwar, mengamankan beberapa senjata api dari para pemburu itu.
Setelah tersudut, para pemburu liar itu mencoba menawarkan sejumlah uang dan rusa hasil buruan agar mereka dilepaskan. Namun negosiasi itu tidak digubris oleh Iptu Suriadin, ia ingin para pemburu itu dibawa ke polsek terdekat untuk diproses hukum.
“(Para pemburu) Itu menawarkan uang damai gitu, dia tawarkan Rp 20 juta tapi dia nggak mau. Dia tetap lanjutkan itu, dia koordinasi dengan kapolsek daerah situ, diserahkan ke situ sudah. Kapolsek Sape yang melanjutkan itu, dia hanya menangkap ya sudah pergi,” ujarnya.
“Saat itu dia punya kesempatan untuk tawar menawar supaya itu lewat. Bahkan dia kan mengamankan senjata dari itu (pelaku), kan ada 5 orang, 4 orang lari 1 yang ditangkap tapi senjata apinya berhasil diamankan,” sambungnya.
Anwar pun kagum dengan keberanian, kejujuran dan sikap antisuap Iptu Suriadin. Menurutnya, tindakan Iptu Suriadin tanpa disadari telah membantu menjaga keberlangsungan ekosistem komodo di Pulau Komodo.
“Rusa dan kerbau itu untuk keseimbangan alam di situ, bahwa komodo dikasih makanan yang udah bangkai-bangkai, bukan konsep konservasi toh. Kalau konservasi kan semuanya alamiah,” imbuhnya.
Cerita Iptu Suriadin
Dihubungi terpisah, Iptu Suriadin menceritakan kronologi dirinya menangkap pemburu liar di Pulau Komodo. Menurutnya, peristiwa terjadi di akhir tahun 2018 saat dirinya pulang kampung ke Bima karena ibu mertuanya sakit keras.
Saat tiba di Bima, Iptu Suriadin yang merupakan warga pesisir Pantai So Toro Wamba dihubungi oleh masyarakat setempat yang tengah berkebun di sekitar pesisir. Warga itu, kata dia, awalnya menawarkan dirinya daging rusa.
“Jadi ditelepon masyarakat satu kampung juga. ‘Pak Suriadin mau makan rusa?’ ‘Ya mau, di mana rusanya?’ ‘Ada yang bongkar di sini’ ‘rusa dari mana?’ ‘Dari Pulau Komodo mereka ini’, ‘terus dapatnya bagaimana?’ ‘Ditembak, ini mereka lagi bongkar’, ‘kok bisa ditembak gitu, anggota kah mereka?’ ‘Masyarakat’ ‘kok ada senjatanya’,” kata Iptu Suriadin menirukan percakapan dirinya dengan masyarakat via telepon.
Ketika itu, Iptu Suriadin tak menerima tawaran warga tersebut. Di hari-hari berikutnya, warga tersebut kemudian menelpon lagi Iptu Suriadin meminta dirinya untuk datang ke pesisir pantai agar dapat bagian daging rusa. Iptu Suriadin pun menuruti permintaan warga dan segera datang ke pesisir pantai.
“Saya waktu itu pergi sama kakak saya, cuma kakak itu takut jadi disembunyikan di semak-semak karena mereka ada senjata. Ya saya maju aja, parkir mobil, saya lihat memang ada perahu warna hijau lagi bongkar muat, sebagian rusa itu sudah ada tumpukannya di pinggir pantai itu,” ucapnya.
“Waktu itu yang jaga rusa ada 1 orang, kemudian ditumpukan lain ada 4 orang, masing-masing punya senjata api yang sudah dimodifikasi jadi laras panjang, amunisinya standar TNI-Polri,” tambahnya.
Saat bertemu dengan para pemburu, Iptu Suriadin bertanya mengapa mereka memburu rusa banyak sekali. Kemudian bertanya ke para pemburu itu apakah mereka anggota polisi sehingga bisa memiliki senjata api.
“Karena dia bilang bukan anggota, ya udah saya langsung memerankan diri saja untuk mencoba untuk… Alasan pertama saya itu ‘saya boleh pegang senjata kah?’ ‘jangan pak’ bilang gitu, dia sudah mundur satu-satu langkah, saya maju lagi, ‘saya pegang-pegang dia punya laras, pinjam aja sebentar’. Akhirnya saya rampas itu senjata, saya tendang dia, saya ambil senjata itu’ ujarnya.
Iptu Suriadin Foto: dok. istimewa
|
Setalah merampas senjata dari satu pemburu, Iptu Suriadin lebih berani dan coba mengintrogasi para pemburu rusa di Pulau Komodo itu. Meski begitu, ia tetap berhati-hati karena 4 pemburu lainnya masih pegang senjata yang sewaktu-waktu bisa saja menembak dirinya.
“Rupanya mereka mengaku juga berbagi dengan oknum aparat. Nggak boleh seperti itu, saya nggak mau tahu pokoknya saya tangkap kalian itu,” katanya.
Iptu Suriadin kemudian maju dalam keadaan siaga dengan senjata rampasan yang terisi peluru. Dia pun menembakkan ke langit meminta para pemburu itu agar tidak kabur dan macam-macam. Akhirnya, Iptu Suriadin kembali mengamankan satu senjata dari para pemburu itu.
“Kemudian saya panggil mereka, mereka ini takut mendatangi saya. Tapi saya tidak bisa deket-deket juga, jaga jarak. Saya sendiri takut juga, yang buat berani itu karena mereka sudah salah,” ucapnya.
Tolak Suap dari Pemburu Rusa
Para pemburu itu kemudian menyerah dan meminta maaf tidak mengulangi perbuatannya kepada Iptu Suriadin. Tapi mereka minta dilepaskan dengan iming-iming uang Rp 20 juta dan 10 ekor rusa.
“‘Pak kita atur saja? ‘Atur bagaimana?’ ‘Kita kasih rusa bapak 10 ekor sama uang Rp 20 juta’. ‘Nggak bisa seperti itu, apapun yang terjadi saya akan serahkan kalian ke penegak hukum’. ‘Jangan pak, kasihan kami, anak istri kami. Ini juga kami kasih aparat’,” ujarnya.
“Pokoknya menangis-nangis, mereka sodorkan uang ‘pak maafkan kami tidak akan ulangi lagi’,” sambungnya.
Di Bima harga daging rusa per kg berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu dan satu ekor rusa itu bobotnya sekitar 30 kg. Jadi jika dirupiahkan 10 ekor rusa tersebut sekitar Rp 30 juta. Rusa dan kerbau hasil buruan itu disebut bakal dijual dagingnya ke seputaran Kabupaten Bima.
Karena Iptu Suriadin tak bisa dinego, para pemburu tersebut mencoba melarikan diri. Namun Iptu Suriadin telah mengamankan satu orang pelaku dan empat lainnya lari kabur.
“Jadi amankan satu karena mereka ini banyak, jangan sampe mereka keroyok saya. Yang 4 orang lari, yang di perahu juga lari, satu orang diamankan waktu itu. Kemudian saya telepon pak kapolsek. Akhirnya datang kapolsek gabungan dengan tim buser polres,” katanya.
Iptu Suriadin akhirnya menyerahkan tersangka kepada Polsek Sape. Proses hukum untuk selanjutnya dilakukan oleh Polsek.
Iptu Suriadin Foto: dok. istimewa
|
Dapat Penghargaan dari Kapolri dan Kapolda NTB
Berkat keberaniannya menangkap pemburu rusa di Pulau Komodo, Iptu Suriadin diganjar penghargaan dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Kapolda NTB pada awal tahun 2019. Dia diberi kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) dari Kapolri.
“Kapolda NTB memberikan penghargaan kepada saya, saya diundang ke Polda NTB. Kemudian dari Pak Tito (Kapolri) memberikan KPLB (kenaikan pangkat luar biasa), tahun 2019,” ucapnya.
Berantas Miras dan Judi di Tolikara
Iptu Suriadin sempat menjabat sebagai Danton Brimob Polda Papua BKO Kabupaten Tolikara sejak 2017. Dia ditugaskan di Tolikara untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dengan memberantas minuman keras (miras) dan perjudian.
“Dulu memang 2017 ke atas itu termasuk zona merah. Terutama masalah perang suku dan di sini ada OPM juga, dan di sini seolah-olah kekosongan hukum, jual miras maupun judi itu bebas pas sebelum saya masuk ke sini,” kata Iptu Suriadin.
Menurut Iptu Suriadin, dahulu awal mula sering terjadi perang antarsuku di Tolikara karena warga yang terpengaruhi miras. Dengan warga banyak yang mengkonsumsi miras menjadi mudah tersulut emosi dan sembarangan pukul hingga bunuh orang. Akhirnya peredaran miras itu diberantas tuntas.
“Memang sih banyak kendala-kendala yang kami temukan, ada oknum-oknum aparat yang beking-beking. Tapi kami maju aja, kita babad semua tanpa pandang bulu aja, babat semua minuman keras, perjudian itu nggak ada ampun,” ujarnya.
“Waktu banyak oknum-oknum aparat datang ke pos saya, kemudian para bandar datang hubungi saya mau setor per minggu lah, per bulan lah. Saya bilang tidak penting bagi saya itu, saya ingin biar hidup kita semua aman, nggak ada kejahatan. Pendatang bisa mencari nafkah dengan baik, kami aparat tidak terlalu capek menghadapi kejahatan. Ya sudah jadi hentikan barang itu sudah,” imbuhnya.
Sikap Tak Berubah dan Jadi Kabag Ops Polres Tolikara
Kembali ke cerita Anwar, saat ini Iptu Suriadin sudah menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Uncen Papua. Terakhir kali bertemu, Anwar menyebut tak ada yang berubah dari sikap Iptu Suriadin yang ia kenal yaitu tegas, jujur dan pemberani.
“Nggak ada perbedaan sikap, terakhir kali ketemu ya pas dia wisuda. Sekarang beliau udah lulus (S3 Uncen) dan kembali ke Polres Tolikara, melanjutkan karirnya,” ucap Anwar.
Sedangkan Iptu Suriadin menyebut dirinya selesai wisuda S3 di Uncen Papua itu pada November 2023. Setelah wisuda itu, ia kembali ke Polres Tolikara dan menjabat Kepala Seksi Hukum (Kasikum) Polres Tolikara.
Baru sekitar empat bulan sebagai Kasikum, Iptu Suriadin dipercaya atasannya untuk memimpin operasi untuk mengendalikan keamanan, ketertiban masyarakat di Tolikara usai Pemilu 2024. Saat ini, Iptu Suriadin diangkat menjadi Kabag Ops Polres Tolikara.
“Baru satu bulan ini (jadi Kabag Ops), beliau (Kapolda Papua) angkat saya jadi Kabag Ops. Sebenarnya masih banyak sih senior-senior di sana AKP, yang Kompol, saya ini mohon maaf masih 2 balok,” imbuhnya.
(fas/hri)