Gerhana Matahari Total.
JAKARTA – Gerhana Matahari Total yang akan terjadi pekan depan telah menarik perhatian, termasuk dari NASA. Badan antariksa Amerika Serikat (AS) itu dilaporkan akan meluncurkan tiga roket untuk meneliti efek gerhana matahari tersebut.
Dilansir IFL Science, tiga roket sounding Atmospheric Perturbations around Eclipse Path (APEP) itu akan melihat bagaimana pemblokiran sementara sinar matahari mempengaruhi atmosfer bagian atas Bumi. Mulai dari ketinggian 90 kilometer, ionosfer berada jauh di atas awan tertinggi, sehingga biasanya terkena sinar matahari sepanjang hari. Gerhana adalah satu-satunya pengecualian, dan memberikan kesempatan untuk mempelajarinya dengan cara yang tidak dilakukan saat senja.
Sebagian besar gerhana tidak memiliki lokasi peluncuran yang sesuai, setidaknya di jalur totalitas – tetapi gerhana pada 8 April berlokasi dekat dengan beberapa lokasi utama di Amerika.
Tim APEP, yang dipimpin oleh Profesor Aroh Barjatya dari Embry-Riddle Aeronautical University di Florida, telah memasang instrumen baru pada tiga roket sounding yang diluncurkan dari Fasilitas Penerbangan Wallops milik NASA di Virginia. Roket-roket ini akan menjelajahi ionosfer hingga ketinggian 420 kilometer selama puncak gerhana, serta 45 menit sebelum dan sesudahnya.
Sebelumnya, roket-roket sounding ini telah sukses dan dipulihkan kembali dari Fasilitas Uji White Sands di New Mexico, saat gerhana matahari cincin Oktober 2023.
Ionosfer adalah “wilayah berlistrik yang memantulkan dan membiaskan sinyal radio, dan juga berdampak pada komunikasi satelit saat sinyal melewatinya,” kata Barjatya dalam sebuah pernyataan.
“Memahami ionosfer dan mengembangkan model untuk membantu kita memprediksi gangguan sangat penting untuk memastikan ionosfer dunia yang semakin bergantung pada komunikasi berjalan dengan lancar.”