Jakarta –
Polisi mengungkap saat ini ada pergeseran tren yang dilakukan di bulan Ramadan dari sebelumnya sahur on the road menjadi bukber atau takjil on the road. Bahkan, kata dia, kegiatan takjil road the road menjadi kedok melakukan aksi tawuran antar-pelajar.
“Jadi gini, terkait dengan penindakan yang kami lakukan, memang seminggu ini marak. Ada modus dari sahur on the road itu berubah jadi takjil atau bukber on the road,” kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (3/4/2024).
Hari ini polisi bersama Pemprov DKI Jakarta mengumpulkan 170 pelajar yang hendak tawuran berkedok takjil on the road. Ratusan pelajar itu terjaring dari empat titik yang menjadi simpul pertemuan antar-kelompok. Saat dijaring, para pelajar itu ditemukan membawa bendera kelompok hingga petasan.
“Pertama, dari Jakarta Timur kami melakukan penindakan di Salemda atau Carolus. Kemudian dari Jakarta Utara itu kami lakukan penindakan di pertigaan Gunung Sahari. Kemudian untuk dari Jakarta Selatan kami melakukan penindakan di Bunderan HI. Termasuk juga dari Jakarta Barat kami lakukan penindakan di turunan atau Flyover Roxy,” terangnya.
“Dari empat titik ini, kemudian kami lakukan penindakan. Itu mereka bawa bendera, kemudian petasan, termasuk hari-hari sebelumnya di Kemayoran kami lakukan penindakan,” sambungnya.
Selama Ramadan, Polres Jakarta Pusat melakukan pemantauan di 21 titik di wilayahnya. Upaya ini dilakukan sebagai langkah antisipasi pecahnya aksi tawuran.
“Bahwa kegiatan ini kami ingin membangun awareness ke semua masyarakat. Kami pemangku stakeholder, baik kepolisian, Satpol PP, Dinas Pendidikan. Masalah anak-anak adalah masalah kita semua,” ucapnya.
Susatyo khawatir jika tawuran pecah, maka pelajar yang paling lemah akan menjadi korban. Sehingga, Susatyo ingin agar masyarakat melihat dampak ke depan dari aksi konvoi menimbulkan korban.
“Tadi kan ada, ada yang umur 14 tahun, 15 tahun, yang paling lemah saya khawatirkan akan menjadi korban. Ketika kakak-kakaknya pergi, tersisa 1, itu yang akan menjadi korban. Jadi jangan melihat hanya konvoinya tapi dampaknya. Itulah mengapa kami menyebutkan sebagai preventif strike. Kami mencoba secara proaktif untuk mencegah agar anak-anak ini tidak menjadi korban,” terangnya.
Sebanyak 170 pelajar dijaring dari empat lokasi yang kerap dijadikan ajang keributan dan konvoi di wilayah Jakarta Pusat, yaitu flyover Roxy Sawah Besar, traffic light Carolus Senen, Bundaran HI Menteng, serta flyover Jalan HBR Motik Kemayoran. Dari ratusan pelajar yang ditangkap, 2 orang di antaranya positif narkoba jenis sabu.
(taa/idn)