Jakarta –
Hari yang ditunggu tiba, Komisi Pemilihan Umum (KPU) serta Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) mendatangi gedung Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai saksi dalam sidang sengketa hasil Pilpres 2024. Dalam agenda sidang kali ini Bawaslu menyodorkan 1 ahli dan 7 saksi sementara KPU menghadirkan 1 ahli dan 2 saksi.
Dalam pertengahan sidang, perbedaan Formulir C Hasil dengan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) menjadi salah satu polemik panas. Namun ahli dari KPU, Marsudi Wahyu Kisworo, menjelaskan terdapat tiga pangkal masalah yang menyebabkan hal ini terjadi.
Dirangkum dari detikNews, permasalahan utamanya adalah perkara ketidakmampuan teknologi membaca tulisan tangan yang beraneka ragam. Tulisan tangan yang ditulis dalam Formulir C1 memang sudah diproses dengan teknologi. Mutakhir bernama Optical Character Recognition (OCR). Meski demikian, terdapat kendala kala membaca tulisan tangan dengan berbagai gaya karakter.
“Dalam style-nya saja bisa berbeda, ada menulis angka 4 seperti kursi terbalik, ada yang tertutup atasnya, demikian angka lain, 1 ada yang menggunakan topi ada yang tidak,” ujarnya, dikutip dari detikNews Rabu (3/4).
Kedua, kualitas kamera ponsel. Aplikasi Sirekap yang diinstall dalam ponsel memerlukan layanan kamera untuk mengunggah setiap informasi yang dibutuhkan dalam formulir. Wahyu mengatakan bahwa kualitas gambar dari kamera akan mempengaruhi sistem untuk mengolah data.
“Ada yang kameranya bagus, ada yang kurang bagus, resolusinya beda. Akibatnya terjadi seperti terjadi contoh di atas, formulir C1 bisa beda-beda ada yang kualitasnya jelas, ada yang buram, ada yang kekuning-kuningan, ini dari kamera,” kata dia.
Sementara itu, permasalahan teknis lain seperti kondisi kertas formulir yang terlipat atau buram dapat mempengaruhi kinerja OCR dalam mengenali tulisan pada kertas yang terlipat. Ia menekankan bahwa OCR merupakan alat yang tidak dapat mengintepretasikan tulisan yang tidak sempurna layaknya manusia.
Meski demikian, Wahyu mengatakan bahwa membawa kekurangan Sirekap dalam persidangan. Ia mengatakan bahwa Sirekap tidak digunakan untuk rekapitulasi dan penetapan hasil Pemilu. Ia pun tidak menampik bahwa meski tidak ada tindakan validasi dalam Sirekap, tetapi hasilnya tetap sama dengan Jaga Pemilu yang menggunakan validasi secara manual.
“Jaga Pemilu ini sangat akurat datanya, kenapa? Karena selain menggunakan OCR juga divalidasi oleh manusia. Tapi ketika kita lihat hasilnya tadi, ternyata tidak jauh dengan Sirekap setelah selesai di perhitungan manual,” kata Wahyu.
Penjelasan mendetail yang diberikan oleh ahli dari kubu KPU ini dilakukan guna menjawab Tim Hukum Nasional (THN) AMIN yang meminta agar Sirekap diaudit forensik. Anggota THN AMIN Bambang Widjojanto (BW) mengungkapkan hal ini perlu dilakukan karena banyak ditemukan selisih jumlah suara dalam sirekap dengan hasil.
Bambang menambahkan, dugaan kecurangan juga bisa dilihat dari jumlah pemilih di TPS yang melebihi Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Senada dengan BW, cawapres kubu 03 Mahfud MD mendorong agar audit forensik Sirekap segera dilakukan. Ia juga meminta agar audit dilakukan oleh lembaga independen.
“Supaya diaudit itu, bagaimana bisa terjadi amburadul begitu. Berbagai kesalahan secara teknologis itu kan ditemukan, ada kalau ditemukan di sini dikeluarkan, pindah ke daerah lain. Ada kesalahan input dan sebagainya. Nah itu sebabnya lalu menimbulkan kecurigaan. Oleh sebab itu perlu diadakan audit digital,” kata Mahfud.
Apakah Sirekap merupakan bukti kecurangan pemilu 2024 sekaligus celah kekalahan kubu 01 dan 03? Benarkah Sirekap merupakan piranti utama dalam penentuan hasil suara? Ikuti ulasannya dalam sajian khas Editorial Review di detik Sore.
Bersama detikJatim, detik Sore kali ini akan mengulas kekejian pramusiwi yang menganiaya balita di Malang. Bagaimana kelanjutan kasusnya? Apakah Yayasan penyedia Baby Sitter juga akan terseret dalam kasus ini? Ikuti ulasannya dalam Indonesia Detik Ini.
Sunsetalk edisi ini secara khusus akan menghadirkan sosok inspiratif yang membantu anak-anak penghuni terminal dengan cara tak biasa. Siapa dia? Bagaimana sepak terjangnya? Ikuti kisahnya di penghujung detik Sore nanti.
Jangan lewatkan ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.
(vys/vys)