Jakarta –
Mission Commander Kolonel Penerbang (Pnb) Noto Casnoto menceritakan misi pengiriman bantuan logistik ke Palestina yang berlangsung selama 14 hari. Demi kesuksesan misi, mereka bekerjasama dengan Yordania.
Misi yang diberi sandi Solidarity Path Operation itu menggunakan pesawat C-130J Hercules untuk pengiriman bantuan. Paket bantuan itu lalu diterjunkan dari udara ke drop zone di Jalur Gaza.
Bantuan itu terdiri dari 20 paket, masing-masing berbobot 160 kilogram. Paket itu diterjunkan dengan metode low cost low altitude dengan ketinggian 2.000 kaki.
“Total operasi ini 14 hari. Kemudian logistik yang kami bawa dari Jakarta sebanyak 900 payung. Itu digunakan dan diserahkan kepada pemerintah Yordania menurunkan bantuan logistik di Palestina,” kata Kolonel Noto Casnoto kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (11/4/2024).
Dalam menjalankan misi itu, Kolonel Noto dibantu dengan 15 kru. Mereka juga didampingi oleh personel lain dua orang dari Dinas Penerangan, dua orang dari pengamanan pesawat, dan empat orang wakil Mabes TNI.
Indonesia melalui TNI AU kirim bantuan logistik ke Palestina (Taufiq/detik)
|
Noto menceritakan proses yang terjadi selama 14 hari itu berangkat mulai 29 Maret 2024 hingga tiba di Jakarta 11 April 2024. Dalam perjalanannya, mereka sempat singgah di New Delhi, Abu Dhabi hingga Yordania.
“Ketika kami dari Abu Dhabi, baru langsung ke Yordania dan setibanya di sana tentu kami harus koordinasi. Kordinasi dengan kedutaan setempat. Waktu itu kami diterima langsung oleh Pak Dubes,” jelasnya.
“Kedutaan setempat waktu itu kami diterima langsung oleh Pak Dubes RI untuk Yordania. Setelah itu keesokan harinya kami diundang melaksanakan briefing. Kami ada rapat dengan Royal Jordan Airforce di markas besarnya. Kami koordinasi di sana, setelah itu hari kelima kami diundang koordinasi teknis langsung,” bebernya.
Ketika briefing di Yordania, pesawat Hercules telah diisi logistik masing-masing. Karena tak hanya satu pesawat yang diterbangkan, mereka juga diberi interval waktu jeda untuk terbang.
Upaya itu dilakukan untuk menjaga jarak antara pesawat satu dan lainnya. Sehingga saat melakukan air drop semua pesawat bisa melakukannya dengan cara aman.
“Begitu pun sama, di rute penerbangan pun sama. Jadi dari poin ke poin kami harus benar-benar disiplin, menjaga jarak antar pesawat lima menit, tidak boleh terlalu dekat atau jauh,” ucapnya.
“Kemarin itu, kami di Jalur Gaza. Tepatnya jadi prosedur penerjunan itu sudah ada masing-masing area dropingnya. Jadi semua negara yang terlibat itu sudah dibagi-bagi untuk droping areanya,” sambungnya.
(dek/dek)