Jakarta –
Kongko Wijanarko menceritakan suka dukanya sebagai manusia patung di Kota Tua, Jakarta. Si ‘Laksamana Maeda’ itu menjadikan manusia patung sebagai mata pencahariannya untuk menghidupi keluarga.
Pria yang akrab disapa Eko itu bercerita, suatu waktu pernah diberi Rp 100 perak yang dibungkus struk belanjaan dari mini market.
Bagi Kongko Wijanarko hal itu acap ditemuinya. Bahkan orang yang berfoto dengannya namun tak memberi sepeserpun sudah tak terhitung.
Memang tidak ada tarif khusus yang dipatok untuk berfoto dengan karakter yang diperankannya. Sehingga jika memberi dengan struk belanjaan terasa diremehkan.
“Saya sebetulnya lebih legowo jika orang tidak memberi saya, ketimbang orang yang memberi saya tapi cuma Rp 100 perak dan itu dibungkus pakai struk belanjaan. Saya sering temukan itu,” kata Kongko Wijanarko saat ditemui detikcom, Jumat (12/4/2024) di Kota Tua.
Eko bercerita, butuh dana dan waktu yang tak sedikit untuk membuat properti dan make up yang mengubah penampilannya menjadi Laksamana Maeda. Dia berusaha membuat pose terbaik agar hasil foto setiap orang maksimal.
“Ada orang yang memang bisa menghargai apa yang sudah saya lakukan. Tapi kadang ada juga yang seenaknya. Tapi ya memang risikonya seperti itu. Dan emang saya juga tidak memberi tarif untuk yang mau foto,” ungkapnya.
Eko berdandan menjadi Laksamana Maeda sejak pagi hingga malam. Dia biasanya berada di sisi sebelah timur Taman Fatahillah bersama sejumlah rekan manusia patung lain.
Eko, manusia patung di Kota Tua (Taufiq/detik)
|
Passion
Eko sudah melakoni pekerjaan sebagai manusia patung sejak 2014. Kala itu dia bergabung dengan Komunitas Manusia Patung Kota Tua, atau kini bernama Komunitas Seni Karakter.
Pekerjaan menjadi manusia patung ini sekaligus menyalurkan kreativitas dan passionnya terhadap seni. Eko punya keahlian make over, membuat properti, hingga membuat kostum karakter. Semua itu dia pelajari secara otodidak.
Misalnya Eko pernah diminta untuk membuat kostum karakter pewayangan oleh sebuah vendor. Kebutuhannya untuk acara karnaval.
“Waktu itu saya diminta buat kostum Gatot Kaca. Itu kostum paling mahal dan paling lama saya buat. Proses pengerjaannya sampai satu bulan. Alhamdulillah bayarannya juga besar,” katanya.
Berkat menjadi manusia patung, Eko juga mengaku senang karena bisa keliling nusantara. Dia kerap diundang oleh pemerintah kota atau kabupaten di luar Jawa untuk ikut dalam sebuah acara.
“Jadi banyak senengnya daripada duka. Saya bisa keliling nusantara. Ke Medan, Lampung, dan lain-lain. Saya biasa diundang untuk acara-acara manusia patung atau karnaval,” jelasnya.
Selain itu, Eko mengaku sangat senang menjadi manusia patung lantaran bisa berfoto dengan pejabat-pejabat tinggi Indonesia. Dia pernah bertemu dengan Presiden Joko Widodo saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, kemudian Susi Pudjiastuti saat menjabat menteri Menteri KKP.
“Dulu malah saya bisa foto sama Pak Jokowi, Bu Susi, Pak Lukman Hakim. Banyak pejabat-pejabat tinggi,” ucapnya.
(dek/dek)