Kamera LSST. (Foto: SLAC National Accelerator Laboratory)
JAKARTA – Setelah sembilan tahun pembangunan, kamera LSST, yang merupakan kamera digital terbesar di dunia yang pernah dibangun untuk astronomi, akhirnya selesai dibuat. Kamera 3,2 miliar piksel itu akan berfungsi sebagai bagian penting dari Observatorium Vera Rubin, yang siap untuk memulai penjelajahannya di langit selatan.
Tujuan utama dari Observatorium Rubin terkait proyek 10 tahun LSST (Legacy Survey of Space and Time/ Survei Warisan Ruang dan Waktu) ini adalah pengamatan luar angkasa yang menyeluruh dan hampir konstan. Upaya ini akan menghasilkan 60 petabyte data tentang komposisi alam semesta, sifat dan distribusi materi gelap, energi gelap dan perluasan alam semesta, pembentukan galaksi kita, tata surya kecil kita, dan banyak lagi.
Kamera ini akan menggunakan lensa optik selebar 5,1 kaki (155 cm) untuk mengambil eksposur langit selama 15 detik setiap 20 detik, secara otomatis mengubah filter untuk melihat cahaya di setiap panjang gelombang dari ultraviolet dekat hingga inframerah dekat. Pemantauan terus-menerus terhadap langit pada akhirnya akan menghasilkan timelapse langit; ini akan menyoroti kejadian singkat bagi ilmuwan lain untuk mengarahkan teleskop mereka, dan memantau perubahan di langit selatan.
“Kami akan segera mulai memproduksi film terhebat sepanjang masa dan peta langit malam paling informatif yang pernah dibuat,” kata Željko Ivezić, ahli astrofisika di Universitas Washington dan direktur konstruksi Observatorium Rubin, dalam rilis Laboratorium Akseleratoor Nasional SLAC yang dilansir Gizmodo.
Untuk melakukan hal ini, tim membutuhkan kamera digital Rolls Royce. Ingat, kamera ini sebenarnya berharga jutaan kali lipat dari harga Royce Royce sebenarnya, dan dengan berat 6.200 pon (2.812 kilogram), bobotnya jauh lebih berat daripada mobil mewah tersebut. Masing-masing dari 21 rakit yang menjadi bidang fokus kamera senilai dengan harga sebuah Maserati, dan bernilai setiap sen jika mereka mengumpulkan data seperti yang diharapkan oleh para ilmuwan.
“Saya pribadi sangat bersemangat mempelajari perluasan Alam Semesta menggunakan lensa gravitasi untuk lebih memahami Energi Gelap,” kata Aaron Roodman, fisikawan di SLAC dan pemimpin program kamera, dalam email ke Gizmodo.