Jakarta –
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memberikan kuliah umum di Universität Hamburg Jerman. Risma menceritakan proses menjadi Wali Kota Surabaya hingga Mensos RI.
Risma mengisi kuliah umum di salah satu universitas di Jerman itu pada Jumat (12/4). Tema kuliah umum itu yakni ‘Posisi Perempuan dalam Kepemimpinan Sosio Politik dalam Masyarakat Indonesia’.
Kunjungan Risma ke Jerman itu setelah menjadi pembicara Forum Infrastruktur OECD di Paris. Kuliah umum itu turut dihadiri mahasiswa, alumni, diaspora Indonesia di Jerman dan anggota Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia (IASI) Jerman yang jumlahnya lebih dari 120 orang.
Risma memulai kuliah umum tersebut dengan menceritakan proses menjadi Wali Kota Surabaya sejak 2010 hingga 2020. Pada saat itu, kata Risma, dia terpilih sebagai Wali Kota tidak menggunakan politik uang sama sekali dan tanpa kampanye serta alat peraga kampanye pada periode keduanya di 2016.
Risma menekankan, saat menjadi pemimpin Surabaya merupakan mandat dari rakyat, sehingga orientasinya memberikan manfaat dan berusaha adil bagi warga. Risma cerita tentang keberpihakannya pada ‘Bonek’, julukan suporter bola Persebaya.
Dia juga bicara soal pembenahan drainase, pembangunan jalan, city surveillance, pemberdayaan ekonomi hingga menyediakan pelatihan ekonomi di sekolah-sekolah. Risma menjelaskan perubahan perilaku warganya saat itu menjadi tertib di jalan, sadar lingkungan, dan adanya penurunan kasus kekerasan.
Risma turut cerita saat menjabat sebagai Mensos. Dia mengatakan adanya inovasi teknis dalam menangani dampak bencana seperti lumbung sosial dan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat miskin.
Dia juga menjelaskan transformasi organisasi, dengan bantuan teknologi informasi dan modal sosial ‘gotong royong’. Termasuk menggerakkan Kementerian Sosial untuk memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi masyarakat.
Ali Raza
Risma sempat ditanya oleh seorang peneliti asal Pakistan yang bekerja di Helmut Schmidt Universität. Risma ditanya soal bagaimana seorang perempuan bisa mempunyai kepemimpinan yang kuat. Dia kemudian menegaskan hal terpenting adalah niat untuk menyelesaikan permasalahan warga dan bertanggungjawab ke Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sementara itu, seorang wanita bernama Maria yang ikut dalam kuliah umum itu menyampaikan terima kasih pada Risma atas bantuan dari Kemensos. Keluarga Maria tinggal di kaki Gunung Lewotobi, pedalaman Flores, Nusa Tenggara Timur, yang Januari lalu terkena bencana erupsi.
Lebih lanjut, Prof Dr. Jan van der Putten, Direktur Program Studi Indonesia/Malay, melempar pujian untuk Risma. Menurutnya, Risma berdedikasi dalam memimpin kota. Dia juga menilai kehadiran Risma di Universität Hamburg merupakan momen yang dinanti-nantikan. Jan mengatakan Risma menginspirasi generasi mendatang dan dunia.
Jan kagum dengan Risma yang tak kenal lelah dan bersedia datang di kampusnya. “Saya kagum dan berterima kasih kepadanya, sudi datang ke mari dan berceramah di depan umum. Saya bersyukur dapat menyaksikannya,” katanya.
Sementara itu, dosen Bahasa Indonesia di Universität Hamburg, Yanti Mirdayanti, berharap kesediaan Risma mengajar di sana.
(van/fas)