Bogor –
Patung Dewi Kencana yang ada di salah satu lokasi wisata Puncak, Bogor, Jawa Barat viral di media sosial (medsos). Pihak pengelola menyebut patung itu dibuat tidak berkaitan dengan agama.
“Jadi patung itu dibuat dengan bahan stereofoam yang dibungkus dengan bambu, sama resin sebagai pengawetnya. Tidak dari batu atau semen, itu stereofoam,” kata Humas Pakis Hill Mohamad Jatnika saat ditemui, Rabu (24/4/2024).
Jatnika menyebut, patung itu dibuat langsung oleh seniman patung asal Gianyar Bali bernama I Gusti Ngurah Dalem Ramadi. Seniman ini diboyong ke lokasi oleh pemilik lokasi wisata yang juga seorang seniman lukis asal Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor bernama Dodi alias Dodi Meneer.
“Kebetulan karena seni patung itu terkenalnya itu Bali ya. Nah owner kita berkomunikasi di salah satu desa di Bali, yang terkenal dengan pematungnya itu yang paling rapi. Kemudian salah satu pematungnya itu bekerja sama dengan kita, membuat patung itu di sini,” kata Jatnika.
“Kalau owner kita itu Pak Dodi, terkenalnya itu dengan nama Dodi Meneer. Dodi ini seniman lukis. Dia asli orang sini, Cisarua. Jadi asli putra daerah, pengusaha muda dari Cisarua di sini. Pakis Hill ini seharusnya jadi kebanggaan ya, putra daerah bisa mengembangkan wisata di daerah Puncak ini, khususnya Kabupaten Bogor,” imbuhnya.
Filosofi Patung Dewi Kencana
Jatnika menyebut, patung Dewi Kencana dinamai oleh pemilik lokasi wisata yang dikaitkan dengan keindahan kawasan Puncak. Patung itu memegang pucuk daun teh di tangan kiri dan kendi air di tangan kanan.
“Jadi kebetulan owner ini yang menciptakan nama patung itu. Jadi tidak ada hubungannya apalagi dikaitkan dengan Dewi Kencana Ungu, dengan Majapahit, itu tidak ada hubungannya dengan sejarah manapun. Ini hanya kreasi dari owner, tidak adalah ya,” kata Jatnika.
Jatnika menyebutkan, patung itu memiliki filosofi tentang keindahan dan kesuburan kawasan Puncak, Bogor.
“Karena kita berada di kawasan Gunung Mas, itu nama kencana itu tidak lain dari kata emas. Apalagi Dewi Kencana ini difilosofikan memegang pucuk teh di tangan kiri, jadi filosofinya kita mengagungkan keindahan alam Puncak dengan hamparan begitu indahnya kebun teh ini,” kata Jatnika.
“Dan tangan kanan memegang kendali air itu filosofinya bahwa kesuburan digunakan ini gemar ripahnya dengan air itu,” sambungnya.
(sol/jbr)