Jakarta –
Pemilik pabrik arang di Jakarta Timur (Jaktim), Dul, mengaku keberatan setelah pabriknya disegel oleh Pemprov DKI Jakarta gara-gara dianggap memicu polusi udara. Dia berharap pabriknya bisa buka lagi.
“Dulu pabrik ini sudah diperiksa oleh aparat dan pemerintahan setempat. Saya ikuti prosedurnya, saya buat cerobong itu biar asapnya nggak ke mana-mana,” ujar Dul di Jalan Jembatan 1, Balekambang, Kramat Jati, Jaktim, Sabtu (27/4/2024).
Dul mengaku telah melakukan seluruh prosedur untuk mengontrol asap hasil pembakaran. Dia juga mengaku tinggal di dekat pabrik sehingga berupaya agar asap tidak menyebar ke permukiman.
“Kalau di pabrik sana dekat rumah saya, saya juga takut asapnya ke sini. Saya buat cerobong asap. Kalau hujan saya tidak pernah bakar batok kelapa karena asapnya tidak bisa naik ke atas,” kata Dul.
Dul menyebut pabriknya tidak beroperasi setiap hari. Dia mengeluh kenapa hanya pabriknya yang dianggap membuat polusi udara.
“Saya bakar batok bukan sendiri, ada teman saya yang di Jaksel. Tapi yang ditutup punya saya, padahal yang di sana bakarnya terbuka. Kalau dilihat pabrik saya bekas arangnya tidak banyak,” ujarnya.
Dia mengatakan pabrik arang itu sudah ada sejak 1975 dan merupakan warisan dari orang tuanya. Dul mengaku keberatan pabriknya ditutup karena para pekerjanya tidak punya penghasilan jika pabrik tutup.
“Saya minta tolong untuk bisa dibuka lagi dan kerja. Ini anak buah pada nganggur, tidak ada penghasilan lagi. Kalau bisa, yang di Jaksel ditutup jangan dibuka atau waktunya dibagi kalau siang ya siang, tapi kalau malam ya malam agar warga tidak terganggu,” kata Dul.
“Saat ditutup kemarin, saya tidak tahu, karena habis Lebaran itu tutup. Baru buka sekali saat ada penggerebekan. Ada 20 karung batok diangkutin semua, padahal itu kita beli,” sambungnya.
Dia mengatakan pabriknya ini membuat sisa batok kelapa di pasar menjadi punya nilai tambah. Dia mengatakan pihak kelurahan juga sering membeli arang dari pabriknya.
“Ya ini kan sebenarnya mutar, ngambil batok dari ,pasar terus kami bakar di sini. Kelurahan juga ngambil arang dari sini, jadi siklusnya mutar. Jadi tolong dibantu untuk bisa buka lagi,” ujarnya.
(haf/haf)