Jakarta –
Mensos Tri Rismaharini (Risma) menyebut keharusan perawatan dengan datang ke rumah sakit setiap hari akan memberatkan bagi penderita orang dalam gangguan jiwa (ODGJ). Risma meminta metode itu diubah dengan cara long acting yakni penderita ODGJ dapat datang ke rumah sakit sebulan sekali.
“Mulai sekarang saya minta layanannnya long acting, jadi nggak setiap hari ngasih minum obat. Saya belajar ini karena kalau setiap hari minum obat itu agak berat memang keluarganya, jadi nanti saya mohon bantuan dari puskesmas, dia ditangani dengan long acting jadi satu bulan sekali disuntik kemudian dia baru kembali lagi satu bulan. Karena kalau perawatannya setiap hari, pasti mereka berat,” kata Risma dalam pidatonya saat berdialog bersama warga di Puskesmas Kanatang, Sumba Timur, NTT, Kamis (2/5/2024).
Risma mengatakan penderita ODGJ dapat sembuh asalkan rutin mengkonsumsi obat. Dia mengatakan penyakit ODGJ sama halnya dengan penyakit jantung dan diabetes.
“Jadi begini, Bapak/Ibu sekalian, ini ada dokter Albert. Albert ini waktu saya ketemu pertama menyampaikan, ‘Bu sebetulnya orang dengan penyakit kesehatan mental atau disebut seperti ODGJ itu seperti penyakit yang lain seperti penyakit jantung’. Apa lagi dok? diabetes, yang harus minum obat terus. Jadi kuncinya adalah kalau rutin itu berobat maka dia akan menjadi normal, ada banyak contoh yang dulu dia ODGJ kemudian setelah kita rawat dia sembuh dia bisa bekerja,” tuturnya.
Ditemui usai acara dialog, Risma mengaku akan berdiskusi dengan dokter di Sumba Timur terkait metode long acting bagi para penderita ODGJ. Dia juga akan mendiskusikannya dengan Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing.
“Tapi sekarang ada cara baru, metode baru di mana dia hanya sebulan sekali perlu. Makanya nanti setelah itu saya akan diskusi dengan Pak Bupati dan dokter-dokter ini untuk bagaimana seluruh puskesmas di Kabupaten Sumba Timur ini bisa menangani untuk long acting atau penanganan yang tiap bulan itu, bukan setiap hari seperti itu,” kata Risma usai acara dialog.
Dia mengaku datang langsung ke Sumba Timur untuk mencari akar masalah penyebab penyakit ODGJ. Menurutnya, dua masalah utama di sana adalah ekonomi dan ketersediaan air.
“Nah akar masalahnya kalau saya tadi sepintas lihat saya sudah tahu ini masalah ekonomi kemudian juga masalah air dan sebagainya. Kadang orang itu kan kalau sudah nggak kuat, saya pernah membaca di NTT juga, itu seorang nenek, dia nggak kuat ngambil air, dia harus mengeluarkan Rp 700 ribu untuk membayar air,” kata Risma.
“Padahal saya selaku menteri itu cuma Rp 150 ribu, kan itu nggak adil lah gitu ya. Nah, padahal pendapatannya dia hanya Rp 150 ribu sebulan. Karena itulah kemudian saya akan diskusikan untuk bagaimana mereka bisa mengakses air bersih lebih mudah dan kemudian akses ekonomi lebih baik. Sebetulnya permintaan mereka tidak berat-berat, maksudnya sederhana sekali,” tambahnya.
Dia mengatakan setiap permintaan dan keluhan warga dalam dialog itu akan ditampung lebih dulu. Dia akan memerintahkan stafnya untuk melakukan assessment detail terkait berbagai permintaan dan keluhan tersebut.
“Udah tadi udah kita dengar, udah kita nanti kita assessment lebih detail. Karena kadang di sini, wah ini pengen ini, ini pengen ini, ikut ya. Tapi sebetulnya real bukan itu. Nanti kita akan assessment satu-satu karena saya pun juga diperiksa gitu kan. Jadi jangan sampai saya salah kayak gitu. Nanti gimana ke depannya? Kalau menangani satu persatu terus terang juga nggak mungkin karena memang masalahnya sebenarnya sumber airnya. Nah kita cari sumber. Sebetulnya kita bisa tangani itu per desa atau per kawasan. Kayak gitu bisa dilakukan. Dan kita udah nangani banyak sekali di NTT ini untuk masalah air,” ujarnya.
(mib/dek)