Foto: Reuters.
JAKARTA – Venus adalah planet di Tata Surya yang diketahui memiliki kondisi yang tidak ramah bagi manunsia dan sangat kering, meski diketahui pernah memiliki banyak air. Kini analisa baru berusaha menjelaskan penyebab hilangnya air di Venus, menghubungkan fenomena ini dengan apa yang disebut “rekombinasi disosiatif”, yang menyebabkan hilangnya atom hidrogen dari planet tersebut.
Gambar dari pesawat luar angkasa yang memeriksa Venus mengonfirmasi bahwa tetangga Bumi yang panas ini tidak memiliki air dalam bentuk cair. Para ilmuwan terus memikirkan mengapa Venus panas dan kering, dibandingkan panas dan basah, dan apa dampaknya terhadap planet dengan suhu yang lebih ramah lingkungan.
Dilansir IFL Science, Venus mungkin awalnya memiliki jumlah air yang hampir sama dengan Bumi. Namun jumlah tersebut hanya tersisa seperseratus ribu, semuanya berada di atmosfer, dan tidak tersebar di antara es, lautan, dan udara seperti di Bumi.
Efek Rumah Kaca yang parah di Venus akan mendidihkan air di planet tersebut, menyebabkan uapnya keluar. Namun, jika penyebab utamanya adalah hilangnya uap, maka air yang setara dengan lapisan global sedalam 10-100 meter seharusnya tertinggal di permukaan.
“Sebagai analogi, katakanlah saya membuang air ke dalam botol air saya. Masih ada beberapa tetesan yang tersisa,” kata Dr Michael Chaffin dari Universitas Colorado, Boulder dalam sebuah pernyataan.
Chaffin adalah bagian dari tim yang menyalahkan molekul HCO+, yang telah mereka identifikasi sebagai penyebab utama hilangnya sebagian besar air di Mars.
Ada bukti yang mendukung keyakinan bahwa Venus pernah memiliki jumlah air yang setara dengan Bumi. Deuterium (isotop hidrogen dengan satu neutron) kecil kemungkinannya untuk lepas dibandingkan hidrogen biasa, dan rasio hidrogen terhadap deuterium menunjukkan berapa banyak deuterium yang pernah ada.