Depok –
Lokasi banjir merendam rumah warga di RT 03 RW 04, Kelurahan Pasir Putih, Kota Depok, Jawa Barat, sejak 5 bulan lalu bersisian langsung dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung. Wali Kota Depok M Idris membeberkan penyebab banjir tak juga surut.
“Ya kemarin itu kita ingin menyelesaikan permasalahan longsoran dari TPA, yang memang menutup aliran air yang ada di Sungai Pesanggrahan. Sebab kita tadinya punya alat berat, yang 1 nongkrong, 1 lagi bulak-balik dari hulu sampe hilir. Ternyata, (alat berat) yang nongkrong itu rusak mesinnya dan harus diganti,” kata Idris kepada wartawan di Tapos, Depok, Selasa (14/5/2024).
Sebab itu, pembuangan sampah di TPA Cipayung sempat dihentikan. Karena pihaknya tengah melakukan pengerukan atau pengangkatan sampah yang ada di sungai untuk mengatasi longsornya TPA Cipayung.
“Dan ketika selama proses penggantian, kita melakukan penghentian tadi dan kita melakukan pengerukan atau pengangkatan sampah-sampah yang ada di sungai. Sebab, itu menjadi menutup dan juga ada aliran itu jadi airnya itu nggak langsung gitu, airnya mematah ke kiri lagi, baru ke kanan. Sehingga memang harus direkayasa lagi, seperti itu,” ujarnya.
Antisipasi Longsor
Idris mengatakan pihaknya kini menambah alat berat untuk mengeruk sampah yang menimbun di Sungai Pesanggrahan hingga menyebabkan banjir. Ia mengatakan pihaknya juga melakukan penekanan terhadap kapasitas sampah agar tidak menggunung hingga melebihi 30 meter.
“Iya (antisipasi) kita menambah (alat berat), kita memang kekurangan alat berat yang ada di tumpukan sampah itu. Yang kita melakukan penekanan terhadap kapasitas sampah, jangan sampai melebihi 30 meter, itu standarnya seperti itu,” tuturnya.
“Kita menunggu sampai kemarin kita berhasil membebaskan lahan 2 hektar. 1 hektar nanti untuk mesin refuse derived fuel (RDF), pengelolaan sampah organik untuk menjadi bahan bakar untuk indocemen. Awal tahun depan mudah-mudahan sudah bisa mulai beroperasi 300-350 ton per hari dan mudah-mudahan membantu,” tambahnya.
Lebih lanjut, Idris mengatakan pihaknya juga sudah melakukan penataan sampab berbasis masyarakat menggunakan incinerator di wilayah Sukmajaya dan Tapos. Pihaknya juga tengah berupaya membeli beberapa mesin itu untuk meminimalisir sampah.
“Simultan, kita juga sudah melakukan penataan sampah berbasis masyarakat menggunakan mesin incinerator, khususnya di Sukmajaya dan di Tapos. Sementara untuk percontohan di dua wilayah itu. Kita sedang mengupayakan membeli beberapa mesin incenerator yang memang bisa kita masih perlu bantuan dari Pemprov dan Pusat. Ini yang alat pabrik pengelolaan sampah di TPA, itu juga bantuan dari Kementrian PUPR. Tahun ini, yang dibangun dan tahun depan beroperasi,” jelasnya.
“Ini pun, juga bukan berarti tidak ada syarat. Ada persyaratan dari mereka, saya harus membina paling tidak 40% dari seluruh kelurahan yang ada di Depok untuk mau dan bisa memilah sampah. Itu yang agak sedikit mungkin berat ya karena mereka juga nanti akan membina kami, mendampingi kami, pengelolaan sampah RDF ini hanya 3 bulan, setelah itu kita dilepas,” imbuhnya.
Sebelumnya, banjir masih merendam rumah warga di RT 03 RW 04, Kelurahan Pasir Putih, Kota Depok, Jawa Barat, sejak 5 bulan lalu. Lokasi banjir berbulan-bulan ini bersisian langsung dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung.
“Jalan Mawar dan Jalan Nangka ini bersisian langsung dengan TPA Cipayung. Sekitar tahun 2008 itu dibangun beton pembatas, tapi karena tidak kuat nahan sampah pembatas itu longsor ke Kali Pasanggrahan,” ujar Ketua RT 03 RW 04, Kelurahan Pasir Putih, Tabroni (48), saat ditemui detikcom, Sabtu (4/5).
Tabroni mengatakan banjir yang merendam jembatan penghubung Pasir Putih Sawangan dan Bulak Barat Cipayung mulai mengganggu warga akses warga sejak awal November 2023. Namun saat itu banjir masih surut dan jalan dapat kembali dilalui, berbeda dengan sekarang yang airnya tak kunjung surut.
“Sekitar akhir tahun 2023, banjir ini tidak kunjung surut, karena Kali Pasanggrahan yang di Jalan Mawar itu jadi sempit karena sampah. Awalnya lebar sekitar4-5 meter, sekarang cuma 1 meter,” kata Tabroni.
“Kalau dulu banjir masih bisa kering, siangnya jalan penghubung ini masih bisa dilewati pengendara. Kini, sudah 5 bulan jalan terputus dan mati total, padahal ini kalau airnya ngalir lancar ya tidak banjir,” ujar Tabroni.
(maa/maa)