Jakarta –
Singapura mencatat lonjakan kasus COVID-19 nyaris dua kali lipat dari minggu ke minggu. Wakil Ketua Komisi IX DPR Charles Honoris meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan ketersediaan vaksinasi booster.
“Harapan kami tentunya pemerintah tetap memastikan bahwa masyarakat Indonesia bisa mendapatkan vaksinasi atau booster, khususnya bagi kaum manula dan kelompok rentan. Vaksinasi COVID-19 terbukti dapat mengurangi gejala bagi mereka yang tertular COVID-19,” ujar Charles kepada wartawan, Minggu (19/5/2024).
Selain itu, Charles juga meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan agar fasilitas pelayanan kesehatan di setiap tingkatan siap dan tidak kewalahan dalam menghadapi kemungkinan lonjakan kasus COVID-19 akibat varian-varian baru.
“Ada peningkatan kasus COVID-19 di Singapura akibat dari varian KP-1 dan KP-2 harus juga menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia,” jelasnya.
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo meminta pemerintah harus menyiapkan pengawasan dalam bentuk pencatatan data penyakit menular.
“Ada atau tidaknya COVID pemerintah harus siap siaga apapun penyakitnya dengan meningkatkan surveillance,” ujar Rahmad.
Dengan adanya surveillance, jelas Rahmad, Pemerintah bisa menganalisa data penyakit menular untuk mengambil langkah kebijakan kemudian hari. Ia meminta masyarakat tak perlu panik dengan adanya lonjakan kasus COVID-19 di Singapura.
“Tidak perlu berlebihan menanggapi dan tidak perlu reaktif menyikapi tapi saya kira perlu pemerintah dan seluruh jajaran, dan faskes meningkatkan surveillance, pencatatan data kejadian-kejadian kasus-kasus semua penyakit menular, termasuk di dalamnya COVID-19 dengan berbagai varian,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, perkiraan jumlah infeksi COVID-19 di Singapura pada minggu tanggal 5 hingga 11 Mei naik menjadi 25.900, peningkatan sebesar 90 persen dibandingkan dengan 13.700 kasus pada minggu sebelumnya.
Rata-rata rawat inap harian akibat COVID-19 meningkat menjadi sekitar 250 dari 181 pada minggu sebelumnya. Sementara rata-rata kasus harian di perawatan intensif tetap rendah yaitu tiga kasus dibandingkan dua kasus pada minggu sebelumnya.
Kasus lonjakan tersebut dipicu oleh varian baru COVID-19 KP.1 dan KP.2. Hingga saat ini kedua varian tersebut mencakup lebih dari dua pertiga kasus di Singapura.
(isa/gbr)