Jakarta –
Mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) membantah meminta mengirimkan durian ke rumah dinasnya di wilayah Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan. SYL mengatakan bahwa istri, anak, dan cucunya tak suka makan durian.
“Saya punya keluarga itu istri, anak-anak, cucu tidak suka durian, Bapak, bahkan nggak boleh masuk di rumah, durian. Saya kira ini perlu saya sampaikan. Yang makan durian cuma saya, demi Allah Rasulullah. Oleh karena itu kalau durian dengan jumlah seperti ini, saya terheran-heran saja. Tapi silakan saya akan tuangkan dalam pembelaan atau pleidoi saya. Tidak ada, bahkan muntah saya punya cucu, anak-anak, kalau begitu,” kata SYL usai persidangan di PN Tipikor Jakarta, Senin (20/5/2024).
SYL juga membantah terkait permintaan kurban untuk kepentingan pribadi. Dia menyebut permintaan kurban merupakan sebuah perintah.
“Yang Kedua. Idul Qurban itu perintah. seluruh Menteri, Pak, terutama Kementan harus Idul Qurban karena di bawah Menteri Pertanian masalah peternakan. Dan Itu untuk seluruh Indonesia khususnya pada daerah daerah yang minus Papua dan lain lain sebagainya. Jadi Idul Qurban saya ingin klarifikasi seperti itu. Akan saya jawab nanti,” ujarnya.
Dia mengatakan pegawai Kementan yang mundur juga tak terkait dengan uang melainkan berkaitan dengan program. Dia mengatakan 70-80 persen Dirjen eselon di Kementan saat itu harus bekerja di daerah.
“Kemudian dikatakan bahwa yang tidak sejalan sama saya sebagai menteri, mundur. Bukan berkat dengan uang, pasti tidak, karena Majelis coba tanya, ini berkaitan dengan program. Kami menghadapi suatu suasana yang Indonesia tidak baik-baik, Bapak. Jadi saya punya perintah antara lain tidak boleh ada dirjen eselon I hanya di Jakarta, 70 sampai 80 persen harus di daerah dan cek kau punya hasil kerja. Kalau tidak, berhenti kamu dari sini,” ujarnya.
Dia mengaku tak pernah ikut campur dan cawe-cawe terkait masalah teknis termasuk urusan perjalanan dinas. Dia juga mengaku tak pernah meminta-minta uang selama 30 tahun menjabat di pemerintahan.
“Kemudian yang terakhir, saya tidak pernah cawe-cawe masalah teknis Pak. Saya menteri, siapa yang ikut perjalanan, pakai apa ini kan teknikal operasional. Nggak ada di eselon I pun tidak sampai di situ apalagi menteri mau tanya mana uangnya, kasih sama siapa uang. Jadi saya pikir ini hal yang perlu saya jelaskan bapak, karena saya merasa bahwa kalau seperti ini semua nunjuk ke menteri,” kata SYL.
“Sementara menteri itu adalah jabatan yang menjabarkan tujuan penjabaran misi dan visi presiden dan negara. Di eselon I adalah program yang bersifat strategis eselon II bersifar operasional, teknilal operasional ada di eseolon III dan IV. Itu frame akademik intelektual dari goverment yang ada. Dan saya tidak pernah pak, saya ini 30 tahun jadi pejabat mulai dari bupati, sekwilda (Sekretaris Wilayah Daerah), tidak pernah minta-minta seperti itu, apalagi dalam forum terbuka, minta uang dan lain-lain,” imbuhnya.
Diketahui, SYL didakwa melakukan pemerasan dan menerima gratifikasi dengan total Rp 44,5 miliar. Dia didakwa bersama dua eks anak buahnya, yakni Sekjen Kementan nonaktif Kasdi dan Direktur Kementan nonaktif M Hatta. Kasdi dan Hatta diadili dalam berkas perkara terpisah.
Selain membayar gaji pembantu, para pejabat Kementan juga harus patungan untuk memenuhi berbagai kebutuhan SYL lainnya. Kebutuhan itu antara lain, sewa jet pribadi, umroh, perjalanan ke Brasil dan Amerika Serikat, hingga sapi kurban.
Selain patungan, pejabat di Kementan juga membuat perjalanan dinas fiktif. Uang dari perjalanan dinas fiktif itu dicairkan dan digunakan untuk memenuhi berbagai permintaan SYL.
(mib/dnu)