Jakarta –
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meluncurkan program ‘Sastra Masuk Kurikulum’. Ada 177 buku yang direkomendasikan Kemdikbud untuk dibaca anak-anak sekolah, mulai ‘Bumi Manusia’ karya Pramoedya Ananta Toer, antologi puisi Wiji Thukul, hingga ‘Cantik Itu Luka’ dari Eka Kurniawan. Ada ratusan lagi buku sastra yang disarankan dibaca siswa.
Acara peluncuran program ‘Sastra Masuk Kurikulum’ disiarkan secara langsung oleh kanal YouTube Kemendikbud RI, Senin (20/5/2024). Peluncuran ini sekalian dilakukan sebagai bagian perayaan Hari Buku Nasional 2024.
“Karya sastra bukan hanya berguna meningkatkan minat baca. Ya, itu pasti…. Tapi selain itu, karya sastra juga sangat potensial sebagai wahana untuk pendidikan karakter,” kata Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo, dalam peluncuran Sastra masuk Kurikulum.
Kemdikbud menyusun buku-buku sastra untuk tiap jenjang pendidikan, yakni untuk SD sederajat, SMP sederajat, dan SMA sederajat. Daftar bacaan disertai dengan panduan-panduan agar guru lebih mudah menggunakan karya sastra Indonesia untuk pembelajaran. Guru sangat disarankan mendampingi murid selama membaca.
Kurator buku-buku ‘Sastra Masuk Kurikulum’ ini diisi oleh nama-nama besar dalam literatur, sebagian dari mereka juga punya buku yang masuk ke rekomendasi Sastra Masuk Kurikulum. 17 Nama yang menjadi kurator adalah Eka Kurniawan, Martin Suryajaya, Saras Dewi, Abidah El Khalieqy, Dewi Kharisma Michellia, Felix K Nesi, Oka Rusmini, Aan Mansyur, Mahfud Ikhwan, Okky Madasari, Ramayda Akmal, Reda Gaudiamo, Triyanto Triwikromo, Zen Hae, Agustinus Prih Adiartanto, Iin Indriyanti, dan Sekar Ayu Adhaningrum.
Buku panduan penggunaan rekomendasi buku sastra dapat diunduh di situs buku.kemdikbud.go.id dalam bentuk dokumen digital PDF. Tebalnya 784 halaman. Di situ, ada deskripsi singkat mengenai buku termasuk disclaimer mengenai isi karya sastra masing-masing.
“Kehadiran sastra dalam pembelajaran selama ini memang sudah berlangsung di sebagian kelas, tetapi terbatas di dalam mata pelajaran Sastra Indonesia. Pembahasannya pun kita harus jujur cuma sekilas, tidak sampai pada pendalaman yang merangsang pembacaan kritis. Tadi sempat berbicara dengan para kurator, konsep bedah buku masih sangat jarang dilakukan di sekolah-sekolah kita di Indonesia,” kata Mendikbud Nadim Makariem.
Kini, sudah ada seratusan daftar karya sastra yang direkomendasikan kurator untuk dibaca para siswa sekolah. Karya sastra itu dapat digunakan sebagai bahan ajar bukan hanya untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Sastra merangsang sikap kritis.
“Justru keindahan daripada literasi, sastra, adalah tidak ada jawaban yang pasti. Jawabannya ada pada proses mencari jawaban itu. Ya itu yang mungkin membuat saya merasa program ini akan sangat spesial dampaknya kepada pemikiran kritis anak-anak kita semua,” kata Nadim.
Daftar 177 buku rekomendasi Kemdikbud dalam program ‘Sastra Masuk Kurikulum’ dapat diunduh di situs buku.kemdikbud.go.id.
Buku-buku terkenal yang masuk rekomendasi antara lain ‘Bumi Manusia’ karya Pramoedya Ananta Toer, ‘Mahabharata’ karya RA Kosasih, ‘Bumi’ karya Tere Liye, ‘Negeri Lima Menara’ karya A Fuadi, ‘Semua Ikan di Langit’ karya Zigy Z, ’99 Cahaya di Langit Eropa’ karya Hanum Salsabiel Rais dan Rangga Almahendra, ‘Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau’ karya Aan Mansyur, ‘Balada Orang-Orang Tercinta’ karya WS Rendra, ‘Nyanyian Akar Rumput’ karya Wiji Thukul, ‘Robohnya Surau Kami’ karya AA Navis, ‘Saksi Mata’ karya Seno Gumira Ajidarma, ‘Pendidikan Jasmani dan Kesunyian’ karya Beni Satryo, ‘Aku Ini Binatang Jalang’ karya Chairil Anwar, ‘Di Ujung Bahasa’ karya Goenawan Mohamad, ‘Terdepan, Terluar, Tertinggal: Antologi Puisi Obskur Indonesia 1945-2045’ karya Martin Suryajaya, ‘Hujan Bulan Juni’ karya Sapardi Djoko Damono, serta ‘Saut Kecil Bicara dengan Tuhan’ karya Saut Situmorang.
Ada pula ‘Ronggeng Dukuh Paruk’ karya Ahmad Tohari, ‘Canting’ karya Arswendo Atmowiloto, ‘Cintaku di Kampus Biru’ karya Ashadi Siregar, ‘Saman’ karya Ayu Utami, ‘Orang-orang Oetimu’ karya Felix Nesi, ‘Balada si Roy #1’ karya Gol A Gong, ‘Seri Lupus: Tangkaplah Daku Kau Kujitak’ karya Hilman, ‘Merahnya Merah’ karya Iwan Simatupang, ‘Amba’ karya Laksmi Pamuntjak, ‘Laut Bercerita’ karya Leila S Chudori, ‘Kambing dan Hujan’ karya Mahfud Ikhwan, ‘Anak Bajang Menggiring Angin’ karya Sindhunata, ‘Raden Mandasia’ karya Yusi Avianto Pareanom, dan lain-lain.
(dnu/imk)