Jakarta –
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turun tangan melakukan pengawasan terhadap peristiwa siswa SMP di Tebet, Jakarta Selatan, yang nekat loncat dari lantai 3 gedung sekolah. KPAI turut melakukan asesmen dan memastikan korban mendapat penanganan.
“Kami melakukan pengawasan terkait kejadian yang menimpa kepada salah satu siswa. Untuk yang kami lakukan adalah memastikan bahwa korban betul-betul mendapatkan penanganan yang maksimal baik dari satuan pendidikan dari Dinas Pendidikan, kemudian layanan pemerintah daerah yang menyangkut perlindungan anak,” ujar Komisioner KPAI, Aris Adi Leksono, saat ditemui di Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (21/5/2024).
Aris menuturkan korban GAD (13) melakukan hal itu karena merasa kurang mendapat perhatian dari teman-temannya. Namun, KPAI saat ini masih menunggu kepastian remaja tersebut nekat melakukan aksinya.
“Kalau soal itu (penyebab) sedang didalami, tetapi kami tadi mendapatkan informasi dari hasil pemeriksaan atau asesmen awal psikolog-psikolog puskesmas terdekat yang menangani awal, memang anak ini merasa kurang diperhatikan,” ucap Aris.
“Tentu di saat kejadian itu oleh teman-temannya, tetapi ini masih perlu didalami oleh keterangan atau penggalian informasi atau penggalian situasi dari tenaga psikolog yang lain,” tambah dia.
Dia menyebut UPTD PPA langsung mendampingi secara psikologis dan melakukan pemeriksaan pada korban. Aris mengaakan meskipun penyelidikan masih berlangsung namun hal tersebut harus cepat dilakukan sesuai UU Perlindungan Anak Pasal 59A.
“Kalau pendampingan psikologis yang memberikan UPTD PPA yang memang memiliki tusi melakukan pelayanan itu. Kami tusinya (tujuan dan fungsinya) memastikan bahwa penanganan terhadap korban itu maksimal, tidak sekedar kejadian tapi pemulihan,” ucapnya.
“Kemudian juga kepolisian terlibat untuk menyelidiki agar ini betul-betul bisa tergali motif apa yang kemudian sebenarnya yang terjadi,” sambung Aris.
Imbau Guru Lebih Peka
Terkait peristiwa itu, Aris lantas mengimbau para guru agar lebih peka terhadap kondisi muridnya. Hal itu, kata dia, guna mengantisipasi terjadinya hal serupa.
“Kepada guru-guru tentu yang paling penting adalah memberikan perhatian, banyak melakukan komunikasi, dialog kepada anak dan tentu kami berharap guru bisa melakukan deteksi dini terkait situasi anak,” jelas Aris.
“Anak datang pagi dengan murung kira-kira apa, segera untuk kemudian diajak komunikasi sehingga tidak terjadi apa namanya tidak terjadi perasaan-perasaan yang kemudian, situasi anak yang merasa dia tidak diperhatikan dan seterusnya semacam itu,” imbuh dia.
Minta Sekolah Pastikan Sarana-Prasarana Ramah Anak
Di sisi lain, Aris juga berbicara mengenai pentingnya lingkungan sekolah yang aman untuk anak. Dia mengaku telah meminta Dinas Pendidikan melalui anggaran sekolah agar memastikan saranan-perasarana yang ada menjamin keselamatan anak.
“Misalkan jendela, ya tentu harus dipasang tralis agar tidak membuka peluang anak melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya. Kemudian yang lantai-lantainya tinggi, tentu perlu dipasang sistem pengamanan di sini, ada teralis pagar dan seterusnya atau jaring yang bisa mengamankan anak,” ujar Aris.
“Karena kita tidak bisa tahu kita tidak bisa setiap saat mengawasi dan mendampingi anak maka situasi lingkungannya, sarana-perasarananya harus mendukung bagaimana anak itu keselamatannnya diutamakan, kemudian menutup kemungkinan-kemungkinan anak untuk kemudian melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya,” imbuhnya.
Aksi yang dilakukan siswa tersebut terjadi pada Senin (20/5). Remaja itu menderita luka di kaki dan kepalanya usai loncat dari lantai 3 gedung sekolah.
(ond/ygs)