Jakarta –
Mayor Jenderal TNI (Purn) Hendardji Soepandji meluncurkan buku biografi berjudul ‘Hendardji Soepandji Perjalanan Prajurit Polisi Militer yang Tak Pernah Berhenti untuk Mengabdi Bangsanya’. Buku biografi itu bercerita mengenai perjalanan karirnya sebagai polisi militer.
Hendardji menjelaskan penyusunan buku itu menghabiskan waktu selama dua tahun. Dalam buku itu, dia menceritakan mengenai karier militer, peristiwa sejarah Reformasi 1998, dan keterlibatannya dalam dunia olahraga, kesenian, hingga kebudayaan.
“Saya rekam (isi buku) selama sepanjang usia saya, 72 tahun. Sehingga buku itu menjadi sangat tebal, 777 halaman, 4 jilid yang memuat 5 dimensi di dalam buku itu,” ujar Hendardji di Balai Pustaka, Jakarta Timur, Rabu (22/5/2024).
Dia mengatakan buku berisi empat jilid itu memuat perihal kerusuhan pada masa menjelang reformasi. Momen pengosongan gedung MPR/DPR RI saat keributan di tahun 1998 juga ikut dikisahkan.
“Saya luncurkan karena memang yang paling kental itulah reformasi, yang paling kental. Dan reformasi itu cerita yang panjang, di antaranya adalah kejadian tanggal 22 Mei 1998 yaitu pengosongan parlemen ketika didukung oleh massa 22 Mei,” ungkapnya.
“Setelah Pak Harto turun, parlemen dikosongkan untuk persiapan sidang. (Kejadian) tanggal 22 Mei itu yang tidak pernah diangkat,” tambah Hendardji.
Menururt mantan Danpusponad itu, peristiwa Mei 1998 merupakan sejarah panjang bagi bangsa Indonesia. Karena itu, kata dia, penting melihat peristiwa tersebut dari berbagi rangkaian persitiwa lainnya.
“Ini bagian sejarah penting. Inilah perubahan secara total kondisi bangsa yang harian berikutnya adalah sampai kepada amandemen UUD 45 (undang-undang dasar 1945) sampai empat kali dan seterusnya,” ungkapnya.
Hendardji memastikan peluncuran buku itu tidak dalam rangka bernostalgia, namun memberi cerminan untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Dia berharap buku biografi itu akan dipajang di Perpustakaan Nasional.
“Harapan saya itu sebagai kaca benggala untuk mempersiapkan untuk masa depan yang lebih baik. Bukan untuk bernostalgia tetapi sebagai kaca benggala untuk masa depan yang lebih baik,” imbuh dia.
Sejumlah tokoh penting tampak hadir dalam acara peluncuran buku itu, di antaranya Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Wakil Menteri Pertahanan RI Letjen TNI (Purn) M. Herindra, mantan menteri Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, Anggota Wantimpres Djan Faridz, eks kepala BIN Letjen TNI (Purn) Marciano Norman, mantan menteri BUMN Mustafa Abubakar, dan Komandan Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Danpuspomas) Mayjen TNI Eka Wijaya Permana.
Dalam kesempatan yang sama, Wiranto turut mengucapkan selamat atas peluncuram buku biografi Hendardji. Dia menilai buku itu bukan sebatas nostalgia atas perjalanan hidup Hendardji, melainkan sebuah dokumen sejarah yang patut menjadi pembelajaran bagi generasi penerus.
“Ada pepatah bahwa masa lalu tidak hanya sebuah history, tetapi masa lalu adalah pembelajaran untuk masa kini, masa kini waktu kita berjuang, dan masa depan waktu kita menggantungkan harapan. Oleh karena itu saya yakin buku yang ditulis akan betul-betul bermanfaat untuk generasi penerus terutama generasi TNI tentang bagaimana keteguhan TNI dalam menjaga tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,” pungkas Wiranto.
(ond/ygs)