Jakarta –
Kecelakaan bus rombongan study tour kembali terjadi, kali ini bus masuk jurang karena mengalami kerusakan rem atau rem blong. Anggota Komisi V DPR F-Golkar Muhammad Fauzi mengatakan saat ini permasalahan ada pada kelaikan bus dan kondisi pengemudi.
“Kalau bicara transportasi, itukan intinya cuma 2 kenyamanan dan keamanan. Mungkin kenyemanannya bisa saja sudah didapat, ini keamanan yang tidak kalah pentingnya. Kalau darat, kucinya cuma dua, kendaraan dan satu lagi supirnya, satu saja bermasalah dampaknya akan kemana-mana,” ujar Fauzi saat dihubungi, Rabu (22/5/2024).
Ia mengatakan peristiwa kecelakaan ini perlu menjadi evaluasi bagi transportasi terutama transportasi darat. Fauzi menyebut Kementerian Perhubungan dan Kepolisian perlu memperketat pengecekan bus yang layak pakai.
“Ini harus menjadi evaluasi bukan saja untuk study tour tapi secara keseluruhan alat transportasi kita, terutama darat. Kementerian Perhubungan, kemudian juga pihak-pihak terkait baik Kepolisian, itu sudah harus memperketat pertama kalau mobil atau bus yang dipakai kalau sudah berapa kali kejadian yang sama dengan merk bus yang sama itu sudah waktunya dipanggil dan diberi pembinaan, kalau perlu teguran, kalau memang sering terjadi cabut izinnya. Keamanan itu nggak bisa ditawar-tawar resikonya tinggi,” tuturnya.
Menurutnya, pengecekan terhadap bus-bus dapat dilakukan secara berkala. Sebab menurutnya pihak perusahaan bus terkadang tidak maksimal dalam menjalankan perawatan bus yang dimiliki.
“Jadi harus ada koordinasi yang baik bagaimana pihak-pihak terkait harus punya ruang dimana bisa mengontrol apakah bus ini melakukan perawatan, misal setahun sekali mengcrosscheck, apakah bus-bus ini memenuhi syarat dilakukan perjalanan. Karena kalau hanya kita serahkan ke perusahaan bus itu ya perawatannya begini minimalis sekali. Harus ada kontrol rutin paling tidak setahun sekali,” ujarnya.
Selain soal kendaraan, Fauzi menilai perlu adanya seleksi ketat terhadap supir bus. Fauzi mengatakan kondisi supir dapat mempengaruhi cara supir mengendalikan kendaraan.
“Kemudian pengemudinya, juga harus ketat, perusahaan yang gampang menerima supir tanpa melalui tes berat, tidak hanya soal kompetensi skill dia dalam menjalankan busnya, tapi juga orang bagaimana karakternya, karena karakter orang mempengaruhi cara membawa mobilnya, ini orang suka minum-minuman nggak atau hal-hal yang bisa menganggu dia dalam membawa busnya,” tuturnya.
Kegiatan study tour sendiri menurutnya merupakan kegiatan yang baik untuk menumbuhkan kreativitas dan pengalaman anak belajar di luar ruangan. Namun, ia mengingatkan agar dapat memilih kendaraan dengan mempertimbangkan keamanan.
(dwia/eva)