Jakarta –
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata melontarkan pernyataan operasi tangkap tangan (OTT) hanya sekadar hiburan. IM57+Institute menilai ucapan Alex itu menjadi gambaran kinerjanya selama menjadi pimpinan KPK dua periode.
“Pernyataan itu sebetulnya merefleksikan bagaimana Alex menjalankan pekerjaan di KPK. Artinya selama ini, ketika penyelidik dan penyidk memperhitungkan proses penegakan hukum yang mempengaruhi nasib orang lain, penyelidik dan penyidik mempertaruhkan keselamatannya di lapangan saat menggelar operasi tangkap tangan, serta bagian pencegahan mengukur dampaknya, Alex melihatnya semata hanya hiburan sehari-sehari yang diadakan hanya untuk memenuhi timesheet harian ketika masuk kantor,” kata Ketua IM57+Institute, M Praswad Nugraha, saat dihubungi, Minggu (23/6/2024).
Praswad mengatakan ucapan Alex tersebut bisa menjadi salah satu acuan dari merosotnya kinerja KPK. Dia menilai Alex seperti tidak menghargai kerja penyelidik dan penyidik KPK dalam mengusut perkara korupsi.
“Itu membuat semakin jelas alasan terjadinya kemunduran kinerja KPK secara sangat signifikan. Alih-alih mencari metode terbaik dan paling efektif memberantas korupsi, Alexander Marwata hanya melihat jerih payah rekan-rekan penyelidik dan penyidik di KPK di lapangan sebagai hiburan dan senda gurau belaka, tanpa makna,” tutur Praswad.
IM57+Institute mengatakan OTT menjadi strategi paling ampuh dari KPK dalam mengusut kasus korupsi. Kerja OTT juga tidak bisa diarahkan untuk mengusut para pelaku korupsi. OTT bisa menyasar pelaku dari latar belakang apapun.
“OTT bersifat tidak dapat diarahkan dan tidak bisa diduga aliran uangnya akan kemana, karena berkaitan dengan pemberian kepada pejabat yang tidak bisa ditebak aktor-aktor intelektual di belakangnya. OTT juga terbukti menimbulkan deterrence effect pada prilaku penyelenggara negara. Secara signifikan mengurangi praktek korupsi karena dipertunjukkan secara kongkret dan nyata konsekuensi yang akan diterima oleh pelaku koruptor jika tetap melakukan praktek korupsi akan ditangkap KPK,” tutur Praswad.
IM57+Institute lantas mempertanyakan motif Alex yang seolah mengecilkan efektivitas dari OTT. Praswad mengatakan pihaknya mendorong Dewan Pengawas (Dewas) KPK mengusut rangkaian pernyataan Alex yang terkesan meremehkan kerja OTT tersebut.
“Apakah motif dari statement Alexander Marwata tersebut? Apakah memang sedang ada praktek suap menyuap mega korupsi yang sedang berlangsung, sehingga didengung-dengungkan tidak boleh ada OTT oleh KPK? Dewas perlu melihat rangkaian ini secara komprehensif dan memerintahkan adanya pemeriksaan segera atas segala himbauan dan saran agar KPK berhenti menggelar praktik operasi tangkap tangan,” tutur Praswad.
Alex Sebut OTT Buat Hiburan
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengatakan penyelidik dan penyidik KPK mulai meninggalkan metode sadap dalam mengusut kasus korupsi. Alex mengatakan operasi tangkap tangan (OTT) kini tak lebih bak hiburan dalam pengusutan korupsi di KPK.
“Saya bilang, OTT itu apa sih?” kata Alex di Jakarta Selatan, Jumat (21/6).
Alex mengatakan teknik penyadapan yang kerap digunakan dalam OTT di KPK kini tidak lagi relevan. Dia menyebut penyadapan seperti menunggu orang sial dan ketahuan saat melakukan korupsi.
Dia menjelaskan ada 500 nomor ponsel yang telah disadap KPK namun berakhir sia-sia. Alex menilai para koruptor juga terus melakukan sejumlah inovasi untuk menghindari KPK.
“Artinya mereka juga belajar lebih hati-hati. Makanya kita harus berubah, teknik-teknik penyelidikan maupun penyidikan itu,” katanya.
Menurut Alex, KPK kini tengah mengalihkan fokus dalam mengusut penanganan perkara yang berpotensi pada kerugian keuangan negara. Alex mengatakan perubahan metode pengusutan korupsi di KPK itu tidak serta merta meninggalkan OTT yang identik dengan lembaga antirasuah tersebut. Namun, Alex menganggap OTT akan seperti hiburan.
“Ya okelah OTT, ya syukur-syukur lah kalian dapat nanti kan. Ya buat hiburan ‘tinggggg’ (bunyi handphone disadap), buat masyarakat senang,” pungkas Alex.
(ygs/imk)