Tanimbar –
Tin Enus (39) warga asal Desa Lermatang, Kecamatan Tanimbar Selatan, harus menempuh waktu 40 menit demi mendapatkan air bersih dari sumur tua. Tangan kanan dan kiri Tin Enus penuh menenteng jerigen untuk ukuran 5 liter air.
Air dari sumur tua bernama Wetutune Wempas Dalam memang sudah dipakai warga Desa Lermatang sejak dulu untuk kebutuhan sehari-hari. Air itu kemudian dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Tin sudah tinggal selama 8 tahun di Desa Lermatang. Dia mengaku sangat kesulitan memperoleh air bersih di desanya.
“Air sangat sulit sangat parah. Kalau biasa kekeringan pada waktu musim panas airnya khusus di sana,” ujar Tin di Desa Lermatang, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kepulauan Tanimbar, Maluku, Selasa (25/6/2024).
Tin dan warga sekitar selama ini mengambil air dari sumur tua. Tin berjalan kaki bersama warga bisa sampai 4 hingga 5 kali bolak balik untuk mengambil air di sumur tua itu. Tin harus berjalan total 40 menit dalam sekali perjalanan.
“Jalan kaki dipikul. Untuk rumah ini dia butuhkan bolak balik 4 kali 5 kali balik baru kita tempat air penuh, nanti dimasak lagi,” ujarnya.
Jika musim kemarau tiba, kata Tin, warga harus rela mengantre sampai satu jam untuk menunggu air naik di sumur tua. Dia mengaku kondisi itu terus berulang saat musim kemarau.
“Kalau musim kemarau antrenya 1 jam,” ungkapnya.
Pernyataan Tin itu diamini oleh Mesak Tapdare (52), Kepala Seksi di Desa Lermatang. Mesak mengakui di desanya sangat kesulitan memperoleh air bersih sejak dulu.
“Dari dulu kami desa Lermatang sangat membutuhkan air bersih dari tahun ke tahun sangat kesulitan air bersih. Untuk mandi saja sangat susah, apalagi untuk minum,” kata Mesak.
Mesak mengatakan setiap hari warga berjalan demi mendapatkan air bersih di sumur tua. Para warga, kata Mesak, menenteng jerigen di kedua tangannya.
“Kalau konsumsi air (harus) jalan kaki. Kalau mereka ke sana tenteng jerigen-jerigen, baru bisa minum air di masak dulu baru bisa diminum,” ungkapnya.
Kini warga tak perlu lagi berjalan kaki. Kementerian Sosial (Kemensos) memasang instalasi pengolahan air terpadu dilengkapi dengan teknologi reverse osmosis (RO). Di mana air tersebut bisa langsung diminum.
Instalasi pengolahan air itu bisa mengurangi pengeluaran warga untuk membeli air. Tak hanya itu, warga juga bisa menghemat untuk membeli kayu bakar untuk memasak air.
Tin mengaku senang dengan itu. Dia berharap instalasi pengolahan air bersih bisa dilakukan juga di desa-desa lain di sekitar Tanimbar.
“Semoga bermanfaat airnya untuk desa yang ada di Lermatang. Jangan cuma di Lermatang, di desa-desa sana juga membutuhkan ini, yang saya pesankan di sini semoga semua tempat bisa,” ujarnya.
(whn/ygs)