Jakarta –
Peringatan 1 Muharram menandakan awal Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Hijriah. Diketahui, Muharram merupakan bulan pertama sekaligus menjadi bulan pembuka dalam kalender tahun Hijriah.
Sementara itu, di Indonesia, ada tradisi masyarakat Jawa yang menandakan awal bulan pertama dalam kalender Jawa, yakni malam Satu Suro. Tradisi Satu Suro diadakan pada Tahun Baru Islam.
Lalu, apakah 1 Muharram sama dengan 1 Suro? Simak informasi di bawah ini.
Dilansir situs Kemendikbud RI, Satu Suro adalah awal bulan pertama Tahu Baru Jawa di bulan Suro yang penanggalannya mengacu pada kalender Jawa. Malam Satu Suro merupakan malam pertanda awal bulan pertama dalam kalender Jawa.
Adapun menurut situs Kementerian Agama RI, Bulan Suro dianggap masyarakat suku Jawa sebagai bulan sakral. Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Dengan demikian, peringatan 1 Suro sama dengan peringatan 1 Muharram yang merupakan Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Hijriah.
Asal-usul Peringatan 1 Muharram
Mengutip dari situs MUI, Muharram artinya “dilarang”. Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender tahun Hijriah sekaligus bulan yang dimuliakan bahkan sebelum datangnya Islam.
Pada bulan ini, terdapat larangan untuk melakukan perbuatan dzalim baik untuk diri sendiri maupun orang lain, seperti peperangan. Penjelasan mengenai Muharram sebagai bulan mulia ada dalam surah At-Taubah:36.
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ…
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram…..”
Penetapan awal penanggalan Hijriah atau awal Tahun Baru Islam merujuk pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Madinah yang terjadi pada tahun 622 Masehi. Hari itu juga ditetapkan sebagai hari pertama dalam penanggalan Hijriah atau kalender Islam yakni 1 Muharam 1 Hijriah.
Penentuan awal Tahun Baru Islam itu diprakarsai oleh Khalifah Umar bin Khattab dengan persetujuan Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Sayyidina Umar memutuskan untuk memulai tahun Hijriah saat hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah atas usulan dan rekomendasi Sayyidina Utsman dan Ali bin Abi Thalib.
Usulan bulan Rabi’ al-Awwal diajukan sebagai awal bulan untuk memulai Tahun Baru Islam. Hal ini dikarenakan Rasulullah SAW melakukan hijrah pada bulan tersebut.
Namun, usulan ini ditolak. Khalifah Umar justru memilih bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam susunan tahun Hijriyah. Pendapat ini didukung pula oleh Utsman bin Affan.
Alasan lain pemilihan bulan Muharram adalah meskipun hijrah dilakukan di bulan Rabi’ al-Awwal, akan tetapi permulaan hijrah dimulai sejak bulan Muharram. Khalifah Umar mengatakan, wacana hijrah dimulai setelah beberapa sahabat membaiat Nabi, yang dilaksanakan pada penghujung bulan Zulhijah.
Adapun bulan yang muncul setelah Zulhijah yaitu bulan Muharram. Oleh sebab itu, Muharram dipilih serta disepakati menjadi bulan pembuka dalam tahun Hijriah.
(kny/imk)