Marak serangan ransomware, ini strategi penyimpanan efektif untuk lindugi data. (Ist)
JAKARTA – Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang ransomware Brainchiper yang menyasar data-data instansi milik kementerian/lembaga hingga pemerintah daerah. Saat ini, Kominfo masih terus berusaha untuk memperbaiki data-data yang terserang agar bisa kembali.
Terkait hal ini, praktisi IT Simon Simaremare, menjelaskan ada sejumlah strategi penyimpanan data yang dapat digunakan. Ia juga menjelaskan yang harus segera dilakukan jika terserang ransomware.
Salah satu penyimpanan data yang dapat digunakan adalah konsep snapshot dan safe mode pada primary storage.
“Safe mode dengan retensi yang dapat disesuaikan, dapat melindungi data secara efektif. Snapshot saja tanpa fitur safe mode, maka hasil snapshot tersebut masih bisa dihapus dan dihilangkan,” ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (29/6/2024).
Ia menjelaskan, dengan adanya snapshot dan safe mode, sanpshot tidak bisa dihilangkan atau dihapus oleh ransomware sehingga data dapat dipulihkan dalam hitungan menit atau bahkan detik, tergantung jumlah data.
Selain itu, cara penyimpanan lainnya adalah dengan backup immutable copy. Tak hanya mengandalkan sistem backup biasa, tetapi mengimplementasikan Backup Immutable Copy.
“Data backup yang immutable tidak bisa dihapus, dimodifikasi, atau dienkripsi oleh malware. Ini memberikan lapisan perlindungan tambahan yang signifikan,” tutur Simon.
Selain itu, bisa juga menggunakan teknologi disk storage dengan fast recovery.
“Selain fast backup, teknologi disk storage harus memiliki kemampuan fast recovery. Fast backup tanpa fast recovery tidak banyak membantu saat data diserang ransomware,” ujarnya.
Simon menilai, kemampuan untuk memulihkan data dengan cepat adalah kunci untuk mengatasi serangan ransomware.