Jakarta –
Polri menggelar pertunjukan wayang kulit yang mengangkat lakon ‘Tumurune Wiji Sejati’ di Lapangan Bhayangkara, Jakarta Selatan. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan makna pagelaran wayang tersebut.
“Jadi malam ini kita melaksanakan salah satu rangkaian kegiatan Hari Bhayangkara yang ke-78. Dengan melaksanakan pagelaran wayang kulit dengan judul ‘Tumurune Wiji Sejati’ yang artinya turunnya tunas ataupun biji yang sejati yang unggul, yang mengandung makna lahirnya suatu simbol yang terkait dengan keberanian, keadilan, kejujuran, dan tentunya terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan apa yang dipersyaratkan sengaja seorang yang menjadi pelayan publik,” ujar Jenderal Sigit, kepada wartawan, Jumat (5/7/2024).
Jenderal Sigit mengatakan filosofi wayang kulit tersebut diharapkan menjadi penuntun jajaran Polri dalam bertugas. Kapolri berharap filosofi dalam pewayangan bisa diimplementasikan saat bertugas.
“Tentunya filosofi dari kegiatan wayang kulit hari ini kita harapkan bisa menjadi penuntun dalam melaksanakan tugas Polri ke depan. Di hari ulang tahun Bhayangkara ini, dengan mendengarkan hal-hal yang tentunya bernilai filosofis yang ini bisa kita ambil, bisa kita serap, dan kemudian kita implementasikan dalam melaksanakan tugas kita ke depan bersama-sama dengan TNI, dengan jajaran criminal justice system, dan tentunya bersama-sama dengan masyarakat untuk bisa melaksanakan tantangan tugas ke depan,” ucap Jenderal Sigit.
Dalam pagelaran wayang kulit ini, Polri meraih dua rekor MURI. Penghargaan pertama diterima oleh Jenderal Sigit.
“Pertama, penyerahan kepada Bapak Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk kategori pagelaran wayang kulit dengan peragaan wayang nusantara jenis terbanyak,” kata pembawa acara.
Penyerahan kedua diterima oleh Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada. Penghargaan kedua terkait dengan UMKM yang telibat dalam pagelaran tersebut.
“Penyerahan kedua kepada Bapak Kabareskrim Polri dengan kategori perayaan ulang tahun yang melibatkan UMKM terbanyak,” tuturnya.
(idn/azh)