Jakarta

    Joki Strava atau jasa untuk menggantikan orang lain menjalankan aktivitas olahraga belakangan ramai diperbincangkan di media sosial. Fenomena joki Strava ini membuat pelari di car free day (CFD) terheran-heran.

    Dirangkum detikcom, Minggu (7/7/2024), Strava merupakan aplikasi kebugaran sosial yang dapat melacak hasil kegiatan olahraga seperti lari, bersepeda, hingga hiking dengan memanfaatkan data GPS. Strava mencatat data aktivitas pengguna yang kemudian dapat dibagikan secara publik.

    Informasi rekaman aktivitas dapat mencakup ringkasan rute, ketinggian (bersih dan searah), kecepatan (rata-rata, minimum, maksimum), waktu (total dan waktu pergerakan), tenaga, dan detak jantung atau heart rate. Saat ini, Strava memiliki lebih dari 88 juta pengguna di hampir setiap negara di seluruh dunia.


    ADVERTISEMENT


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

    Tren joki Strava sendiri menuai cukup banyak komentar dari para netizen dan pakar olahraga. Kebanyakan menilai para penyewa jasa joki Strava sebagai orang yang haus akan pengakuan sosial, hingga rela ‘memalsukan’ informasi kebugarannya.

    Warga Heran dengan Para Penyewa Joki Strava

    Atas fenomena itu, warga bernama Racha (58) mengaku heran dengan para penyewa jasa joki Strava. Racha diketahui berolahraga lari di CFD Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, pada Minggu pagi tadi.

    “Kalau hal seperti itu tentu kurang baik ya, nggak setuju saya. Artinya untuk dirinya sendiri aja nipu apalagi buat orang lain, ya kan. Ya itu emang dia niatnya nggak olahraga hanya eksistensi aja itu. Sangat tidak bagus, lalu apa sih keuntungannya kalau gitu eksis doang kan?” kata warga bernama Racha (58) di CFD Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (7/7).

    RachaRacha Foto: Dwi Rahmawati/detikcom

    Dia mengaku kerap berolahraga di waktu senggang. Menurutnya, tidak ada manfaatnya olahraga bagi seseorang yang mengunakan joki Strava.

    “Manfaatnya kan dia nggak ada, buat diri sendiri aja dia nipu apalagi buat orang lain. Orang kayak gini kalau bisa jangan di pemerintahan,” ucapnya.

    Pelari lain, Jafar (23), mengaku tindakan butuh validasi dari orang lain sebagai hal yang cupu. Dia menyebut menyewa joki Strava tak ada manfaatnya bagi kesehatan si penyewa.

    “Kalau menurut saya itu cupu sih, kalau kata saya sih itu ngapain ya kayak gitu-gitu soalnya nggak ada manfaat banget sih. Jadi lo kan mau ngasih tau ke orang kalau lu abis lari kayak gitu. Kalau saya sih biasanya sendiri saja kalau mau lari, kalau mau pakai Strava dinyalain sendiri aja,” ujar Jafar.

    Jafar mengaku sempat menggunakan Strava dua tahun lalu. Namun kini sudah ditinggalkan, Jafar memilih untuk lebih fokus dalam berolahraga.

    “Ya, tapi kalau sekarang-sekarang sih saya udah nggak peduliin Strava sih, jadi saya lari-lari aja. Paling awal-awal dulu aja tahun 2022 gitu pake Strava sering, tapi sekarang udah nggak sih,” katanya.

    Bagaimana pengakuan joki Strava? Simak di halaman selanjutnya:



    Source link

    Share.