Jakarta –
Mendagri Tito Karnavian menyoroti fenomena pertumbuhan populasi penduduk di Jepang menurun. Tito berkelakar agar bupati se-Indonesia tidak terlalu banyak melakukan kunjungan kerja (kunker) ke sana.
Hal itu terjadi ketika Tito memberikan paparan dalam Rapat Kerja Nasional XVI APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) di Jakarta Convention Center (JCC) pada Rabu (10/7/2024). Dia mengaku yakin Indonesia bisa menjadi negara dominan karena memenuhi tiga syarat yakni memiliki angkatan kerja yang besar, sumber daya alam yang melimpah, dan memiliki wilayah yang luas.
“Pertumbuhan penduduk kita sangat cepat dan banyak, ini berbanding terbalik dengan situasi di Jepang dan Korea. Saya berkunjung ke Jepang akhir tahun lalu, ketemu pejabat manapun yang diomongin satu aja, ‘our mean problem today is minus population growth’, jadi populasi mereka minus terus, karena terjadi urbanisasi dari desa ke kota. 93 persen penduduk Jepang tinggal di kota besar Tokyo, Kyoto, Osaka, Hanya 7 persen yang tinggal di desa itu pun orang tua,” kata Tito.
Karena yang tinggal di desa hanya orang tua, maka anak mudanya tinggal di kota. Hal ini membuat anak muda Jepang kompetitif dan hanya memikirkan pendidikan dan hidup di kota, sehingga tidak mengurusi pernikahan.
“Jadi potensi desa ditinggalkan, 92 persen di kota, anak-anak muda terjebak di kehidupan sangat kompetitif, karena hidup kota mahal cost livingnya, maka mereka fokus pada pendidikan untuk mendapat pendidikan yang baik, dan mendapatkan pekerjaan baik untuk dapat gaji yang bagus supaya mereka bisa save atau secure kalau sudah rumah atau apartemen kek, paling nggak bisa survive untuk makan,” jelas Tito.
“Dan ini membuat mereka karena fokus pada pendidikan dan kesehatan, akhirnya mereka terlambat kawin. Kawin umur 30-an bahkan banyak yang nggak kawin, kawin pun anaknya cuma 1 atau 2,” lanjutnya.
Tito kemudian mengutip penelitian tentang 15% penduduk Jepang yang berusia 30 tahun belum pernah memiliki sex experience. Dia pun berkelakar bahwa anak muda di Jepang rugi.
“Bahkan ada salah satu penelitian 15 persen penduduk Jepang usia 30-an tahun belum pernah mengalami, jangankan menikah, mohon maaf bahasanya, bahasa penelitiannya belum pernah mengalami sexual experience. Artinya pacaran saja nggak pernah, rugi sekali,” ucap Tito yang disambut tawa hadirin.
Dia pun berkelakar meminta para bupati yang hadir di acara itu tidak melakukan kunjungan kerja ke Jepang.
“Makanya saya bilang jangan terlalu banyak ya kunjungan kerja ke Jepang sekarang ya ha-ha,” lanjutnya.
Dia pun menjelaskan maksud dari materi dia yang membandingkan populasi penduduk Jepang dan Indonesia.
“Nah itu yang terjadi, saya hanya ingin compare karena salah satu yang bisa membuat kita lebih terbuka, dan menerima satu argumen adalah dengan cara komperatif membandingkan baru kita bisa jelas, kalau nggak bandingkan kita katak dalam tempurung nggak bisa mengukur diri sendiri,” katanya.
“Kita terbalik, population growth kita tinggi sekali, anak muda kita banyak sekali, aging population sedikit terbalik dengan jepang. Tapi anak muda usia produktif kecil, tapi seiring dengan bagusnya makanan, nutrisi, fasilitas kesehatan, mereka kemudian aging populationnya menjadi dominan lebih banyak, mereka jadi beban bagi usia produktif,” pungkasnya.
Simak Video ‘Jokowi Bersyukur RI Bertahan di Masa Krisis: Ekonomi Tumbuh 5%’:
(zap/dhn)