Jakarta –
Anomali iklim biasa terjadi di wilayah Indonesia. Hal ini merupakan suatu penyimpangan atau suatu kondisi tidak biasa terjadi berkaitan dengan iklim yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, serta memiliki pengaruh terhadap suatu wilayah.
Berikut penjelasan lebih lanjut tentang anomali iklim beserta faktor penyebab dan pengaruhnya di wilayah Indonesia:
Apa yang Dimaksud Anomali Iklim?
Secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anomali artinya penyimpangan atau kelainan. Secara harfiah, seperti dikutip dari laman resmi Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian Kementerian Pertanian, pengertian anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-rata normalnya.
Faktor-faktor Penyebab Anomali Iklim
Ada empat faktor dominan yang menjadi penyebab anomali iklim, yaitu Sea Surface Temperature (SST) NINO, arah angin, beda tekanan udara permukaan di Darwin dan Tahiti, serta Indian Ocean Dipole (IOD). Masih mengutip dari laman Pertanian, berikut penjelasannya masing-masing:
SST NINO (El-Nino dan La Nina)
Pemanasan suhu permukaan laut di daerah tropis di Samudera Pasifik selatan. Ini merupakan hasil interaksi antara lautan dan atmosfer yang kompleks dan tak beraturan. Dampaknya berkaitan dengan terjadinya kekeringan di suatu wilayah dan pendinginan di wilayah lain.
Seperti di wilayah Indonesia, terjadinya musim kemarau yang kering dan panjang berkaitan dengan fenomena El Nino. Sedangkan terjadinya musim hujan (curah hujan di atas rata-rata) karena pendinginan di tropis Pasifik ini berkaitan dengan fenomena La Nina.
Arah Angin (Angin Pasat Tahunan)
Pada saat El Nino terjadi, angin pasat tenggara melemah yang menyebabkan arus laut akan bergerak dari barat ke timur, sehingga kolam air hangat di Samudera Pasifik barat akan bergerak ke arah timur. Akibatnya akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan hujan. Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian timur.
Sebaliknya, pada saat La Nina terjadi, angin pasat tenggara berhembus sangat kuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak. Pada saat ini terjadi, maka sebagian besar wilayah Indonesia akan mendapat curah hujan di atas rata-ratanya.
Beda Tekanan di Darwin dan Tahiti
Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikator untuk mengetahui terjadinya El Nino atau La Nina. Perbedaan tekanan ini disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index/SOI). Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antara Darwin dengan Tahiti.
Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan pada variabilitas musim pada skala antartahunan. Setiap tahun, sirkulasi tropis bergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagai musim kemarau, musim hujan serta periode transisi di antara kedua musim tersebut.
Indian Ocean Dipole (IOD)
Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena kopel antara atmosfer dan lautan. Ini menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga mengakibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air di Samudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendah, sementara di Samudera Hindia Barat memiliki anomali suhu yang tinggi (lebih panas). IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya pada kondisi hujan di Indonesia.
(wia/imk)