Jakarta –
Kandidat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump selamat dari upaya pembunuhan. Sedari dulu, gelanggang perpolitikan AS memang sudah beberapa kali diwarnai upaya pembunuhan. Salah satu cerita yang paling masyhur ialah upaya pembunuhan Presiden Theodore Roosevelt.
Mirip seperti Trump, Theodore Roosevelt juga ditembak saat berkampanye. Dia tampil dengan heroik usai dada sebelah kanannya ditembak.
Momen upaya penembakan ini dicatat oleh Oliver E Remey berdasarkan keterangan saksi sejarah dalam buku klasiknya, ‘The Attempted Assassination of ex-President Theodore Roosevelt’. Oliver mencerita detail detik-detik penembakan tersebut.
Semua dimulai pada 14 Oktober 1912, kira-kira pukul 8 malam di Milwaukee, negara bagian Wisconsin. Saat itu, Theodore Roosevelt merupakan salah satu calon presiden di Pilpres AS tahun 1912. Roosevelt pernah menjadi presiden periode 1901-1909. Roosevelt makan malam bersama di Hotel Gilpatrick bersama rombongannya sebelum menyampaikan pidatonya.
Usai makan malam, Roosevelt tiba di tempat pidato. Ia disambut dengan tepuk tangan dan sorakan meriah para pendukungnya. Seruan dukungan terdengar dari segala penjuru arah. Roosevelt membalas sambutan hangat ini dengan mengangkat topinya untuk menyampaikan hormat sebelum memasuki aula.
Namun, tak dinyana, tiba-tiba terdengar tembakan pistol. Tembakan itu jaraknya hanya sekitar empat hingga lima kaki saja dari Roosevelt. Dorrrr! Pria yang dijuluki sebagai Bull Moose (rusa jantan) itu tertembak.
Seketika hadirin yang ada di luar aula menjadi panik dan kebingungan. Elbert E Martin, salah satu notulen Roosevelt, melihat atasannya itu bersimbah darah. Di saat yang sama, orang-orang segera mengerumuni si penembak sembari berteriak ‘bunuh dia! bunuh dia!’
Pria penembak Roosevelt belakangan diketahui bernama John Flammang Schrank. Pria itu menembak sang calon presiden dengan pistol 38-Colt.
Meskipun bersimbah darah, Roosevelt berusaha menegakkan tubuhnya. Dia kembali mengangkat topinya sembari tersenyum. Roosevelt tampak tidak marah saat mengetahui dirinya tertembak. Bahkan, saat tahu ada lubang di balik mantelnya, ia berseloroh dengan sedikit gurauan. “Dia membuatku merah jambu,” ujarnya.
Roosevelt juga melarang siapapun menyakiti penembaknya. Dia hanya ingin melihat penembaknya.
“Jangan sakiti dia; bawa dia kepadaku ke sini!” katanya.
Alih-alih pergi ke rumah sakit, Roosevelt tetap memaksakan diri untuk tetap menyampaikan pidatonya di dalam aula.
“Saya tahu saya baik-baik saja sekarang. Saya tidak tahu berapa lama lagi saya akan bertahan. Ini mungkin pidato terakhir tentang hal ini kepada rakyat kita, dan selagi aku baik-baik saja, aku akan pergi, untuk pergi ke aula dan menyampaikan pidatoku,” kata Roosevelt kepada rombongannya. Roosevelt tetap berpidato dengan menutupi lukanya dengan sapu tangan.
Di tengah kerumunan warga dalam aula, sempat ada yang meneriaki luka Roosevelt itu palsu. Roosevelt menepis tuduhan itu dengan membuka rompinya.
“Tidak, itu tidak palsu,” katanya sembari membuka rompinya, noda merah darah menempel di rompi berbahan linen tampak jelas.
Roosevelt kemudian menyampaikan pidatonya. Inilah salah satu pernyataan heroik yang pernah disampaikan oleh politikus AS. Roosevelt menegaskan bahwa satu peluru tak bakal membunuhnya.
“Dibutuhkan lebih dari satu peluru untuk membunuh seekor Bull Moose. Aku baik-baik saja, tidak ada kesempatan untuk simpati apa pun, tapi saya ingin mengambil kesempatan ini dalam waktu lima menit setelah ditembak untuk mengatakan beberapa hal,” kata Roosevelt.
Pidato heroik itu pun tercatat dalam sejarah. Walaupun di selama pidato, para dokter dan staf Roosevelt penuh was-was karena takut sekali jika pria tersebut pingsan.
Kendati demikian, dadu nasib tak berpihak pada Roosevelt. Pada akhirnya yang terpilih sebagai Presiden AS pada tahun tersebut adalah Woodrow Wilson, yang baru saja menjabat dua tahun sebagai gubernur New Jersey.
Sementara itu, John Flammang Schrank dinyatakan gila setelah diadili. Schrank dirawat di salah satu rumah sakit jiwa di Oshkosh.
Trivia sejarah merupakan artikel yang membeberkan cerita menarik tentang tokoh dan peristiwa sejarah. Seri artikel ini diperuntukkan untuk memperkaya wawasan sejarah pembaca detikcom.
(rdp/tor)