Jakarta –
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku tidak berani memarahi gubernur yang bukan dari partainya. Namun dia berani memarahi gubernur yang berasal dari kader partainya.
Ungkapan itu Megawati sampaikan dalam agenda penyerahan bendera pusaka ke seluruh kepala daerah yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Balai Samudra, Jakarta, Senin (5/8/2024). Katanya, dia sempat memilih diam daripada harus marah-marah ke gubernur yang bukan kadernya.
“Itu gubernur saya, Sulut itu, Olly Dondokambey. Kali dia pusing juga lihat aku marah-marah. Untuk apa aku jadikan kamu gubernur? Gitu karena dia orang kita, orang saya. Tapi kalau yang lain nggak berani, diem aja,” kata Megawati di hadapan seluruh gubernur dan pj gubernur.
Megawati pun merasa perlu mengungkapkan isi hati dan pikirannya. Dia ingin tahu apa yang akan terjadi ketika marah ke gubernur yang bukan dari kader partainya.
“Tapi lama-lama kok saya mikir, ‘nggak ada gua barang antik, gua ngomong aja, ingin tahu reaksinya. Paling juga mau ditangkap, ditangkapnya sama sopo no? Polisi? Kan saya udah bilang, ntar gua datengin dah Kapolri-nya. Gitu kan, susah amat sih,” jelas dia.
“Lho iya dia juga kan, aduh ilah. Kapolri itu juga bagian dari Republik Indonesia, mosok mau nangkepi orang wae, nangkepinya yang bener no, jangan pilih kasih no. Berkeadilan dengan peri kemanusiaan gitu loh. Terus mau diapain,” sambungnya.
Megawati lantas mengungkapkan kebanyakan orang tidak mau mengungkapkan isi pikiran atau opininya karena ingin mencari selamat saja. Banyak orang yang lebih memilih ikut arus.
“Karena sepertinya suasana kebatinan yang saya lihat, semua orang kayaknya tuh ‘ah cari selamat’ ‘ah lebih baik kita ikut saja’ ‘ah tidak peduli, biar saja’. Saya nggak bisa, karena bapak ibu saya itu petarung, tahu nggak? Ibu saya mana mungkin kalau dianya cengeng berani suruh bikin bendera,” ujarnya.
(isa/isa)