Jakarta –
Angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di Jakarta tercatat tinggi. Wakil Ketua DPRD DKI dari Gerindra, Rani Mauliani menyoroti beberapa penyebab banyak terjadinya PHK.
“Memang realita di lapangan mungkin begitu adanya, banyak memang yang mungkin terpaksa dikorbankan oleh perusahaan melalui pemutusan kerja dikarenakan mungkin kondisi perusahaan yang tidak sanggup membayar upah,” ujar Rani, saat dihubungi, Selasa (6/8/2024).
Selain pada masalah perusahaan, Rani menilai tingginya angka PHK juga terkadang terjadi karena masalah dari pihak pekerja. Terlebih menurutnya saat ini tidak sedikit perusahaan yang lebih memilih menggunakan mesin dalam menjalankan pekerjaannya.
“Terkadang juga ada pada satu kondisi si pekerja yang kinerjanya tidak sesuai target, apalagi saat ini sudah banyak jasa orang yang tergantikan dengan jasa mesin atau robot yang secara maintanance lebih murah biayanya,” kata Rani.
Rani mengatakan perlu adanya inovasi dari para pengusaha agar dapat memperbesar lapangan pekerjaan. Selain itu, Rani juga menyoroti warga yang kerap terbentur masalah modal bila ingin membuka usaha,
“Nah bagaimana bisa dapat pengalaman bila tidak pernah diberi kesempatan, sedangkan di satu sisi mungkin butuh juga inovasi-inovasi dari para pengusaha yang membuka lapangan kerja baru yang dapat menampung para tenaga kerja yang belum mendapat pekerjaan,” kata Rani.
“Juga bila ingin usaha secara mandiri terkadang terbentur dengan persoalan modal, semoga ada solusi terbaik bagi kedua belah pihak,” sambungnya.
Rani lantas mengingatkan masyarakat untuk tetap dapat meningkatkan kualitas diri dan inovatif.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono merespons soal data terbaru Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) periode Januari-Juni 2024 di Jakarta. Heru mengatakan pihaknya akan memfasilitasi korban PHK.
“Iya kami fasilitasi (korban PHK),” kata Heru, Senin (5/8).
Ia pun mengakui Kalau data PHK di Jakarta Tinggi. Namun, jumlah warga yang terkena PHK itu tak semuanya orang Jakarta yang sudah lama tinggal.
“Gini, berdasarkan data memang PHK tinggi. Berdasarkan data yang ada, tidak murni itu adalah warga Jakarta yang sudah lama tinggal,” ujarnya.
“Jadi, ada beberapa warga yang memang datang ke Jakarta, langsung dia kan kalau ke Jakarta tinggal dengan saudaranya, dengan temannya, dengan jaminan lainnya sesuai dengan aturan kependudukan. Kan dia boleh pindah. Nah, ini ada sebagian yang belum dapat pekerjaan. Nah itu juga termasuk di dalam data itu, ini menjadi perhatian,” imbuhnya.
(dwia/eva)